Jumat, 26 Maret 2010

Janji Kemenangan Islam

Oleh: Muhammad Rahmat Kurnia

Bagaimana syariah bisa tegak bila masyarakat perutnya lapar!” Begitu, kata sebagian orang. Memang, harus diakui bahwa langkah perjuangan bukanlah hal mudah. Penuh kesulitan. Bukan sekadar masalah ekonomi, setumpuk masalah lain pun terus menimpa. Sebut saja secara internal, kondisi ekonomi umat Islam masih terpuruk. Kemiskinan masih di atas 35 juta jiwa. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Hermawan, angka kemiskinan ini hingga 2010 diprediksi tidak akan jauh berbeda dengan angka kemiskinan tahun ini. Hanya saja, kondisi ini sejatinya justru menjadi dorongan besar untuk berjuang lebih sungguh-sungguh. Sebab, tanpa perubahan sistem dan orang niscaya kondisi tak akan pernah beranjak. Tengoklah para pendukung dakwah para Nabi banyak dari kalangan miskin, misalnya Bilal bin Rabah, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi.

Selain itu, ada sikap kaum Muslim yang menerima keadaan, puas dengan kondisi yang ada. Bahkan, mengatakan sistem yang ada sudah final. Perjuangan pun jalan sendiri-sendiri. Upaya penyatuan langkah sering kali kandas di tengah pragmatisme. Akhirnya, tidak jarang pihak yang disebut ulama dan tokoh Islam mendiamkan kemungkaran. Sebagai contoh kecil, tak banyak kalangan Islam yang bersuara terkait skandal century gate.

Pada sisi lain, penguasa kini semakin liberal dan pro Barat (west friendly). Sampai-sampai merasa perlu membuat patung Obama. Padahal, dialah yang menumpahkan darah kaum Muslim di Afghanistan dan Pakistan sekarang. Suara kritis dari parlemen hilang karena partai-partai berkoalisi menjadi pendukung partai penguasa. Kini, tengah ada upaya untuk merubah UU Antiterorisme sedemikian rupa sehingga “Penindakan harus dimulai sejak tahap provokasi & eksploitasi radikalisme”. Dengan kata lain, Internal Security Act (ISA) seperti di Malaysia sedang dijajaki untuk dihidupkan. Hal ini dapat bersifat liar menjadi kriminalisasi pendakwah. Dari eksternal pun tantangan luar negeri masih besar.

Melihat kondisi demikian, haruskah pesimis? Jawabannya tegas: tidak! Sebaliknya, kaum Mukmin harus selalu optimis. Mengapa? Pertama, kesulitan merupakan sunnatullah dalam perjuangan. Allah SWT menegaskan: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat (TQS. al-Baqarah[2]:214). Imam al-Qurthubi memaknai bahwa mereka ditimpa kebutuhan dan keserbakurangan/kefakiran yang sangat, celaan dan malapetaka, serta keguncangan berupa tidak takut dan gentarnya musuh-musuh terhadap mereka. Hal ini menjadikan mereka menyangka lambatnya pertolongan Allah. Namun, justru dalam kondisi demikian Allah SWT menyatakan bahwa pertolongan-Nya dekat, Dia akan meninggikan kaum Mukmin di atas musuh-musuh mereka, memenangkannya, meninggikan kalimat-Nya, memberikan janji yang telah diberikan-Nya kepada mereka, dan memadamkan api peperangan para musuhnya (Jami al-Bayan fi at-Ta`wil al-Quran, Juz IV, hal. 288). Ini menunjukkan bahwa rasa pesimis yang hampir hinggap di dada para sahabat ditepis oleh Allah SWT. Akhirnya, mereka pun kembali menyadari bahwa kesulitan merupakan pangkal keberhasilan. Kesulitan merupakan sunnatullah dalam perjuangan. Optimisme mereka pun kembali.

Kedua, Allah SWT menjanjikan kemenangan. Di antara janji-Nya adalah: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (TQS. an-Nur[24]:55). Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan: “Ini adalah janji dari Allah kepada Rasul-Nya SAW. Dia akan menjadikan umatnya sebagai para khalifah di bumi ini, yakni para pemimpin dan para wali bagi manusia. Melalui merekalah berbagai negeri akan baik, pada merekalah para hamba akan tunduk. Dia pun akan mengubah rasa takut mereka menjadi rasa aman dan keadilan pada mereka. Allah telah membuktikan hal ini” (Tafsir Ibnu Katsir, Juz VI, hal. 77). Janji ini akan kembali terbukti bagi umat Muhammad masa sekarang.

Ketiga, kini ada kelompok umat Islam yang teguh pada kebenaran, menyerukan Islam dengan sejujurnya. Tidak sedikit para aktivisnya ditangkap karena dakwah yang dilakukannya. Kata Nabi SAW, mereka yang tetap bersikap demikian akan mendapatkan kemenangan. Realitas ini persis sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW: “Akan selalu ada kelompok dari umatku yang berdiri di atas kebenaran, dan mereka dalam kemenangan. Orang-orang yang menentang dan melawan mereka tidak akan membahayakan mereka hingga Allah Tabaroka wa Ta'ala mendatangkan kemenangan pada saat mereka dalam kondisi seperti itu (di atas kebenaran dan menang) (HR. Abu Dawud, Turmudzi, Baihaqi). Hadits ini mengajarkan hal penting untuk dilakukan adalah konsisten berada dalam kebenaran dan istiqamah menyerukannya. Kesulitan apapun tak akan pernah membahayakan. Dan, kemenangan hanya tinggal waktu saja.

Keempat, upaya menegakkan Islam secara kaffah makin mendapatkan sambutan, terlebih dari kalangan muda. Bukan hanya berumur muda, mereka banyak dari kalangan mustadh'afin, juga berasal dari kalangan menengah. Padahal, mustadh'afin, kalangan pemuda, dan kelas menengah merupakan ujung tombak perjuangan. Hal ini mengingatkan kita pada perjuangan Nabi SAW yang juga didukung oleh kalangan ini. Beliau didukung oleh mustadh'afin seperti Bilal, Abu Dzar, dan banyak mantan budak. Beliau sendiri diangkat menjadi Nabi dan Rasul pada usia masih belia, 40 tahun. Pendukung awal beliau tercatat banyak dari kaum muda seperti Ali bin Abi Thalib (8), Thalhah bin Abdullah (11), Arqam bin Abi Arqam (12), Said bin Zaid (20), Saad bin Abi Waqash (17), Utsman bin Affan dan Khabab bin Art (20-an), Mush'ab bin Umair yang kelak menjadi utusan Nabi di Madinah (24), Umar bin Khathab (26), Bilal bin Robah (30), Abu Bakar (37), Hamzah bin Abdul Muthalib (42), dll. Sejarah kemanusiaan pun mencatat perubahan senantiasa dipelopori oleh kalangan muda. Realitas ini meniscayakan optimisme dalam perjuangan.

Kelima, kebobrokan, ketidakadilan, korupsi, dan kezhaliman yang terus terjadi semakin menyadarkan masyarakat bahwa sistem sekulerisme, kapitalisme, dan demokrasi yang kini diterapkan tetap melanggengkan semua itu. Muncul tuntutan sistem alternatif. Dan, sistem alternatif itu hanya satu: Islam. Tidaklah mengherankan pertengahan 2009 tidak kurang hadir 7000 orang dalam acara Muktamar Ulama Nasional (MUN) di Istora Senayan, Jakarta. Mereka adalah ulama yang datang dari berbagai daerah Indonesia. Seruannya sama, jalan keselamatan manusia adalah penerapan syariah dan penyatuan dalam Khilafah. Sambutan dari para ulama ini menggambarkan adanya harapan dan optimisme baru.

Jelaslah, secara imani, kemenangan tinggal menunggu waktu. Secara faktual, kini sedang menggelinding perjuangan yang memadukan para ulama dan kaum muda dari kelas menengah ditopang oleh kekuatan mustadh'afin. Sementara, kalangan atas mulai melirik Islam. Hal ini meniscayakan makin bertambahnya optimisme dalam perjuangan menegakkan Islam.
sumber : www.mediaumat.com

Baju Islam, Otak Barat

Tuesday, 23 March 2010

ImageAmerika dan Barat mendukung individu atau organisasi yang seide dengan budaya Barat untuk menghantam Islam yang lurus.

Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim ter-besar di dunia. Keber-adaannya memegang peran penting di dunia Islam. Andai Indonesia bangkit dengan Islam, maka hal ini tidak saja membahayakan kawasan tapi dunia pada umumnya, khusus-nya hegemoni Barat.

Tak mengherankan bila Barat mencoba 'mengerem' bangkitnya Islam dari Indonesia. Mereka tidak ingin Islam muncul sebagai kekuatan dalam sebuah negara. Berbagai cara dilakukan. Salah satu caranya adalah bagaimana Barat mengarahkan ghirah Islam yang mulai muncul ke arah yang melenceng dari Islam dan justru sesuai dengan cara pan-dang Barat.

Dokumen Rand Corpora-tion bisa menjadi bukti akan hal itu. Lembaga think tank yang dibiayai oleh Gedung Putih AS ini pada 2007 lalu mengeluarkan sebuah kajian setebal 217 halaman berjudul: “Building Mode-rate Muslim Network”. Dalam laporan yang mengandungi sepuluh bab itu, Rand Corporation menjelaskan latar belakang kajian ini, yaitu mewujudkan ketidakseimbangan kekuatan antara Muslim radikal-fundamentalis dan Muslim moderat-liberal.

Dengan politik belah bambu ini, Amerika dan Barat mendukung kalangan moderat untuk mengecam kesalahan persepsi Islam yang dikembangkan kaum yang mereka sebut ekstrimis karena ingin menegakkan Islam kaffah.

Secara umum Rand Corporation menggariskan peta jalan (road map) bagaimana untuk membangun jaringan Muslim moderat ini dengan memberikan bantuannya kepada pihak-pihak yang dianggap mampu mengemban pemikiran tersebut. Mereka adalah 1) Para akademik dan intelektual Muslim yang liberal dan sekuler, 2) Mahasiswa muda berpaham moderat, 3) Komunitas aktivis, 4) Organisasi-organisasi yang mengampanyekan persamaan jender, 5) Wartawan dan penulis moderat.

Rand Corporation juga menjelaskan secara terperinci kriteria kalangan Muslim Moderat-Liberal yang akan dijadikan sahabat Amerika, yaitu 1) Pendukung demokrasi, 2) Pejuang hak-hak manusia, kesetaraan jender dan kebebasan beragama, 3) Menghargai pluralisme, 4) Menerima sumber hukum yang bukan mazhab, 5) Menentang terorisme

Pola-pola ini pula yang digunakan di Indonesia. Amerika dan Barat mendukung tokoh-tokoh-tokoh yang masuk dalam kriterianya. Tak segan-segan Amerika dan Barat memberikan bantuan dana dan penghargaan kepada tokoh-tokoh tersebut. Termasuk pula membiayai me-reka untuk melanjutkan pendi-dikan di dunia Barat. Milyaran rupiah dana dikucurkan untuk proyek liberalisasi ini.

Tokoh-tokoh yang berjasa dalam proyek ini pun diberi penghargaan. Lihat saja, Musdah Mulia. Profesor UIN Syarif Hidaya-tullah Jakarta yang pro homo-seksual ini mendapat penghar-gaan International Women of Courage dari Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice di kantor kementerian luar negeri Amerika Serikat (AS), Washington pada Hari Perempuan Dunia 8 Maret tahun 2008. Amerika Serikat memberikan penghargaan kepa-da 100 perempuan dari seluruh dunia 'yang dianggap berani membuat perubahan demi ke-majuan perempuan di nega-ranya'.

Sebelumnya ia bersama kawan-kawannya yang seide dibantu The Asia Foundation lembaga donasi dari Amerika yang sering mendukung gagasan liberalisme terus mengasongkan gagasan nylenehnya. Ia bahkan muncul kembali bersama para penulis buku Fiqih Lintas Agama. Yang oleh sebagian kaum Muslim dianggap banyak membuang makna teks dan menggunakan aspek konteks secara amburadul.

“Pemahaman saya sering dicap terlalu kebarat-baratan dan saya tidak akan terkejut, sekem-bali dari Amerika Serikat, saya akan dicap sebagai antek Ame-rika," kata Musdah seolah telah siap dengan segala risikonya.

Cara yang sama diberikan kepada Ulil Abshar Abdala. Dedengkot Jaringan Islam Liberal (JIL) ini malah diberi kesempatan untuk melanjutkan studinya di Amerika. Sebelumnya JIL men-dapat bantuan dana dari The Asia Foundation untuk menyebarkan ide-ide liberal di kalangan Islam.

Penghargaan juga diberi-kan kepada Abdurrahman Wahid. Tidak tanggung-tanggung, Gus Dur diundang ke Shimon Wiesenthal Center (SWC) untuk menerima Medal of Valor, Medali Keberanian pada Mei 2008. Medali ini dianugerahkan kepada mantan presiden RI ini dikarena-kan ia dianggap sebagai sahabat paling setia dan paling berani terang-terangan menjadi pelin-dung kaum Zionis Yahudi dunia di sebuah negeri mayoritas Mus-lim terbesar seperti Indonesia.

Lazimnya acara penganu-gerahan penghargaan, ada juga sejumlah dolar yang dihadiahkan Shimon Wiesenthal Center kepa-da sang penerima. Hanya saja, berapa besar jumlah hadiah be-rupa uang ini tidak disebutkan dalam situs resmi Wiesenthal Center tersebut.

Model yang sama diberikan kepada Goenawan Mohamad. Bos Tempo ini pada Juni 2007 menerima penghargaan Cheva-lier dans l'Ordre des Arts et des Lettes dari Kementrian Kebudaya-an dan Komunikasi Prancis. Goenawan dianggap berjasa dalam penyebaran budaya baik di Perancis atau pun di dunia. Bagi Pemerintah Prancis, Goena-wan Mohamad adalah sosok yang memperjuangkan kebebas-an dan demokrasi di Indonesia.

Sebelumnya GM -pang-gilannya- diberikannya penghar-gaan 'Dan David Prize' oleh Tel Aviv University. Pemberian peng-hargaan yang dilakukan oleh Universitas Tel Aviv (TAU) itu didasarkan kepada aktivitas Goenawan selama 30 tahun terakhir yang memperjuangkan kebebasan pers dan jurnalisme yang independen di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia. GM mene-rima hadiah uang senilai 250 ribu dolar AS (sekitar Rp 2,3 milyar).

Keberhasilan GM ini tidak lepas dari perannya meng-orbitkan tokoh-tokoh liberal ke jagad politik Indonesia melalui Majalah Tempo. Ia tergolong sukses menggerakkan proses sekulerisasi di Indonesia. Fakta pun menunjukkan betapa Tempo ini sangat anti Islam.[] humaidi
sumber : www.mediaumat.com

Kehidupan Yahudi di Bawah Pemerintahan Islam

Oleh: Dr Muzaffar Iqbal

Tidak seorang pun bisa membicarakan tentang kehidupan Muslim di bawah pemerintahan Yahudi, terutama di tanah yang dijanjikan kepada orang-orang Yahudi dan kemudian ditolak karena pembicaraan tersebut (atau tulisan tentang hal ini) sama sekali tidak diperbolehkan dalam dunia ‘yang beradab’ di mana aku kebetulan hidup sekarang.

Dunia yang ‘beradab’ ini hanya tertarik pada Muslim ‘teroris’ yang hidupnya bisa diambil sewaktu-waktu, misalnya, oleh sebuah pesawat tanpa awak di Pakistan - sebuah negara berdaulat yang tidak bisa melindungi kedaulatannya.

Tak seorang pun di dunia ‘beradab’ kami yang tertarik untuk mengetahui bahwa sebuah pesawat tanpa awak tidak memiliki cara untuk membedakan antara seorang bayi kecil tertidur lelap di sisi ibunya dengan teroris sebenarnya yang duduk ribuan mil jauhnya dari sebuah kantor tempat pesawat tersebut dikendalikan.

Tidak, hal-hal semacam itu membutuhkan hati yang dapat merasakan rasa sakit dan penderitaan. Rasa sakit dan penderitaan di atas penderitaan manusia tidak diperbolehkan di seluruh pelosok benua yang luas ini, yang oleh penulis Heart of Darkness bisa dengan mudah digunakan sebagai tempat sasaran.

Jadi setiap pidato atau tulisan tentang kehidupan Muslim di bawah pemerintahan Yahudi tidak akan pernah menemukan jalan ke media ‘gratis’ di negeri ini dan akan segera diberi label anti-Semit.

Tapi, untungnya, seseorang masih bisa bicara tentang kehidupan kaum Yahudi di bawah kekuasaan Islam, walau harus membuka jendela masa lalu yang tak seorangpun mau mengingatnya.

Dan orang-orang yang seharusnya ingat waktu itu, sebagian besar umat Islam, mereka tidak mampu, hanya karena mereka tidur panjang selama empat abad - yang selama tidur, seluruh dunia di sekitar mereka telah berubah.

Jadi, tidak mengherankan bahwa jendela ke masa lampau ini sedang dibuka oleh Amnon Cohen, seorang Yahudi, yang menghabiskan bertahun-tahun dalam menguraikan dokumen-dokumen Pengadilan Turki Utsmani di Yerusalem dan diterbitkan beberapa artikel mengenai hal ini di berbagai jurnal.

Namun demikian, jilid keduanya, A World Within: Jewish Life as Reflected in Muslim Court Documents from the Sijill of Jerusalem merupakan kunci kita ke jendela yang ingin kita buka untuk melihat masa lalu di kolom ini. Bahkan cerita ini menceritakan abad keenam belas dokumen yang menarik.

Minat penelitian Cohen membawanya ke kantor administrasi wakaf dan Dewan Tinggi Islam di Yerusalem Timur, di mana ia diberikan akses ke arsip masa Utsmani : 420 jilid buku bersampul kulit hampir tidak tersentuh oleh para sarjana asing atau lokal.

Dokumen-dokumen ini disimpan di gedung pengadilan selama berabad-abad, tetapi selama Perang Dunia II dokumen ini dipindahkan ke tempat yang baru dibentuk kantor administrasi wakaf di jalan utama Yerusalem Timur yang dinamai dengan nama seorang yang setiap Muslim sekarang ingin kembali untuk menyelamatkan saudara-saudara mereka dari situasi yang merendahkan martabat mereka: Sholahuddin.

Dokumen Cohen menemukan draft asli kasus-kasus pengadilan yang menggambarkan proses sehari-hari . Setiap volume berisi sekitar 450 halaman. Setiap halaman meliputi beberapa kasus. Prosiding harian Pengadilan Muslim di Yerusalem selama masa Ottoman mengandung berbagai kasus, tetapi yang menarik dari arsip ini adalah kasus-kasus yang melibatkan pihak orang Yahudi.

Ini adalah bagian dari catatan pengadilan sehari-hari, tanpa membedakan golongan. Yaitu, mereka diperlakukan sebagaimana kasus-kasus pengadilan pada umumnya walaupun mereka tergolong kepada kelompok agama minoritas yang hidup di bawah hukum Islam.

Dokumen-dokumen ini memberikan banyak informasi tentang kehidupan sehari-hari orang Yahudi di Yerusalem. Mereka menyembelih daging mereka sendiri, mengikuti hukum-hukum agama mereka sendiri dalam segala hal. Sebagai penukar uang, terdapat pilar-pilar fiskal ekonomi lokal, dan mereka hidup di bawah kebebasan penuh. Terdapat sistem yang sangat aktif dalam serikat pedagang daging, penukaran uang, pabrik, pedagang biji-bijian, perhiasan, dan perdagangan lainnya.

Cohen mengungkap beberapa pandangan ke dalam kehidupan Yahudi. Patut dicatat hal ini merupakan alasan-alasan mengapa orang Yahudi pergi ke pengadilan syariah, daripada ke pengadilan mereka sendiri. Kasus-kasus pengadilan ini tidak saja melibatkan menangani konflik antara orang Yahudi dan Muslim atau Yahudi dan Kristen; pengadilan ini juga penuh dengan kasus-kasus yang melibatkan sesama orang-orang Yahudi saja. Jadi, mengapa orang-orang Yahudi pergi ke pengadilan Syariah?

“Mereka berpaling kepada Shariah,” Cohen menyimpulkan, “untuk mencari ganti rugi sehubungan dengan perbedaan-perbedaan internal, dan bahkan untuk masalah internal keluarga mereka (hubungan intim antara suami dan istri, pemberian nafkah, pembayaran untuk cerai, perwalian bayi, dll ). Hal-hal lain yang murni sifat religius juga diperkenalkan ke pengadilan Islam; selendang doa Yahudi dan phylacteries, lembaga-lembaga Yahudi tradisional dan komunal, hari libur Yahudi dan bahkan terkait masalah mimpi orang Yahudi … ”

Beberapa contoh akan cukup: Volume 58, untuk tahun 1578-1579 M, mengandung sebuah dokumen (no. 122c), tanggal 7 Rabi’ul-Awwal, 986 H, yang menyatakan: “Orang Yahudi Yaqub bin Yusif menyatakan di pengadilan bahwa mulai sekarang ia tidak akan bertentangan dengan ayahnya, dan akan melibatkan diri secara mendalam dalam studi membaca dan menulis. Sang ayah berusaha untuk menikahkannya dengan seorang perempuan Yahudi dari Safed sejak ia secara resmi menyatakan dirinya tidak akan menjalin hubungan tertentu dengan perempuan Yahudi lainnya. ”

Pada tanggal 17 Syawal, 986, Yaqub bin Yusif yang sama datang lagi di pengadilan. Pada hari itu dia menyatakan di pengadilan bahwa ia menceraikan istrinya Sara binti Ibrahim dari Safed, yang disaksikan oleh dua saksi Yahudi. Kedua belah pihak, yaitu Yaqub dan ayahnya di satu pihak, serta Sara dan ibunya di pihak lain, membebaskan satu sama lain dari kewajiban atau utang apa pun.

Kurang dari sebulan kemudian, Yaqub bin Yusif yang sama muncul di pengadilan pada tanggal 9 Dhul-Qa `da,” menuntut Yahudi lain, Shmuil bin Khalifa, yang telah menjanjikan kepadanya 25 koin emas sebagai maskawin dengan anak perempuannya, Mazaltuf. Shmuil menyangkal dan dimaksud pengadilan untuk deposisi sebelumnya oleh penggugat yang sama di mana yang dimaksud Yaqub adalah khusus kepada putrinya dan sama sekali tidak terkait dengannya. ”

Catatan yang Menarik. Lain waktu, lain zaman . Namun, begitu banyak yang bisa dipelajari. Hanya jika umat Islam mau bangun dan mulai belajar dari sejarah mereka sendiri.

Penulis adalah kolumnis lepas.

sumber :http://thenews.com.pk/daily_detail.asp?id=229878

Pelayanan Kesehatan dalam Khilafah

Barack Obama menandatangani RUU kontroversial kesehatan AS menjadi undang-undang setelah berbulan-bulan perdebatan sengit terjadi dalam menggodok RUU Kesehatan tersebut.

Kesehatan di AS telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir dan mendapat perhatian internasional setelah Michael Moore merilis film dokumenter yang berjudul “Sicko” tiga tahun lalu. Di dalam filmnya tersebut Michael Moore memusatkan perhatian pada kegagalan sistem kesehatan Amerika. Perhatian khusus diberikan kepada Perusahaan Asuransi dan bagaimana tujuan mereka yang ternyata bukan untuk membantu orang yang membutuhkan melainkan untuk meningkatkan keuntungan. Solusi yang diusulkan adalah untuk memiliki sistem kesehatan publik yang serupa dengan yang ada di Kanada, Inggris, Perancis dan Kuba.

Dengan ekonomi yang berantakan dan meningkatnya biaya pengeluaran negara dari perang Irak dan Afghanistan, kita mungkin bertanya-tanya apa yang salah dengan skala prioritas AS? Perdebatan panjang tentang perawatan kesehatan di AS berpusat pada apakah ada hak untuk pelayanan kesehatan dasar, atau siapa yang seharusnya memiliki akses ke perawatan kesehatan dan kualitas yang diperoleh.

Utang kedokteran dikutip sebagai satu-satunya faktor terbesar pada 62% dari semua kebangkrutan personal di Amerika Serikat.

50 juta orang Amerika tidak memiliki asuransi kesehatan. Sekitar 18.000 dari 50 juta orang meninggal dunia setiap tahun karena mereka tidak memiliki asuransi kesehatan.

Amerika Serikat tidak melihat kesehatan sebagai hak dasar, tetapi sebagai hak istimewa. Barack Obama menantang pandangan ini melalui reformasi RUU untuk menyediakan perawatan kesehatan universal melalui asuransi kesehatan untuk semua orang. Hal inilah yang menyebabkan ‘kemurkaan’ dari kelompok sayap kanan AS.

AS tidak menyediakan program yang didanai pemerintah dengan anggaran terbesar untuk biaya ataupun asuransi kesehatan. Tetapi pada umumnya terserah kepada individu untuk memperoleh asuransi kesehatan atau tidak. Kebanyakan warga pekerja AS mendapatkan hal tersebut melalui majikan mereka tempat perusahaan mereka bekerja, tetapi yang lain mendaftar pada skema asuransi swasta.

Menurut syarat-syarat yang paling terencana, warga AS harus membayar premi secara teratur, tetapi diharuskan untuk membayar sebagian dari biaya pengobatan mereka sebelum menutup pengeluaran dari pihak asuransi.

Ini adalah situasi dari 250 juta orang yang memiliki solusi perawatan kesehatan. Hal ini telah umum terjadi bagi mereka yang memiliki asuransi kesehatan, harus menanggung banyak utang setelah dikurangi untuk asuransi kesehatan, menyebabkan sejumlah besar orang bahkan harus menjual rumah mereka.

Jadi, bagaimana masa depan Khilafah akan menangani masalah kesehatan?

Mengatur urusan rakyat

Islam adalah sebuah sistem unik yang diwahyukan Allah SWT yang menyediakan kebutuhan baik bagi individu dan masyarakat. Allah sebagai sang Khaliq - Sang Pencipta dari semua yang ada - akan jelas tahu apa yang terbaik untuk kita. Dengan pengetahuan Nya yang tak terbatas, sistem-Nya akan dapat memberikan solusi untuk masalah manusia yang telah atau akan hadapi. Berkaitan dengan pemerintahan, Khalifah dipercayakan dalam menerapkan hukum-hukum Allah. Khalifah secara langsung bertanggung jawab sebelum Allah SWT, untuk setiap masalah yang mempengaruhi warga negara yang ada di dalam Negara Islam.

Rasulullah SAW bersabda, “Dia yang berkuasa atas lebih dari sepuluh orang akan membawa belenggu pada hari kiamat sampai keadilan melonggarkan rantainya atau tindakan tiraninya membawa dia kepada kehancuran.” [Tirmidzi]

Penguasa tidak hanya perlu menanggapi orang-orang di bawah perawatan tetapi juga harus menjawab kepada otoritas yang lebih tinggi, Malik-al-Mulk (Penguasa dari segala Kedaulatan). Dengan demikian, penguasa harus memenuhi kewajiban yang diletakkan di atas dirinya karena hal ini tidak hanya merupakan mandat dari negara, tetapi adalah hukum Allah SWT. Oleh karena itu Khalifah harus peduli bagi setiap kebutuhan warga negara dan memastikan bahwa mereka tidak menghadapi kesulitan yang tidak pantas seperti kurangnya akses ke pelayanan kesehatan atau bahkan menunggu dengan sangat lama untuk mendapat perawatan.

Rasulullah SAW bersabda: “Siapa pun yang mengepalai salah satu urusan kaum muslimin dan tetap menjauhkan diri dari mereka dan tidak membayar dengan perhatian pada kebutuhan dan kemiskinan mereka, Allah akan tetap jauh dari dirinya pada hari kiamat…. “[Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim]

Hadis di atas jelas menunjukkan beratnya tanggungjawab orang yang berkuasa. Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, ia terlihat agak murung. Salah seorang pembantunya bertanya mengapa dia begitu sedih dan khawatir. Umar menjawab, “Siapa pun yang berada di bawah tanggung jawabku; aku harus menyampaikan dan memberikan kepada mereka semua hak-hak mereka, apakah mereka menuntut atau tidak akan hak-hak mereka.”

Perawatan bagi orang-orang yang berada di bawah otoritas negara tidak dinilai berdasarkan anggaran tahunan atau aspirasi politik melainkan didasarkan pada hak-hak yang diberikan kepada mereka oleh Allah SWT. Hal ini mewajibkan Khalifah untuk menyediakan hak-hak mereka dengan sangat hati-hati dengan kepedulian yang terbaik dari kemampuan yang dimiliki dirinya, apakah warga negara menyadari hak itu atau tidak, dan apakah mereka telah meminta untuk itu atau tidak.

Kesehatan dalam Khilafah

Nabi SAW bersabda: “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab untuk orang-orang yang dipimpin. Jadi, penguasa adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya.” [Bukhari & Muslim]

Imam bertanggung jawab untuk mengelola urusan-urusan rakyat. Salah satu kebutuhan dasar adalah bahwa Khilafah harus menyediakan layanan kesehatan. Ketika Rasulullah SAW sebagai kepala negara di Madinah diberikan seorang dokter sebagai hadiah, ia tugaskan dokter tersebut ke umat Islam. Kenyataan bahwa Rasulullah SAW menerima hadiah dan dia tidak menggunakannya, bahkan dia menugaskan dokter itu kepada kaum muslimin, dan hal ini adalah bukti bahwa kesehatan adalah salah satu kepentingan umat Islam.

Karena negara berkewajiban untuk membelanjakan anggaran negara pada penyediaan sistem kesehatan gratis untuk semua orang, maka Baitul-Mal harus menyusun anggaran untuk kesehatan. Jika dana yang tersedia tidak mencukupi maka pajak kekayaan akan dikenakan pada umat Islam untuk memenuhi defisit anggaran.

Berbeda dengan sistem kapitalis, sistem Islam memandang penyediaan kesehatan kepada warga negaranya dari perspektif manusia dan bukan aspek ekonomi. Ini berarti bahwa pemimpin Negara Islam terlihat untuk menyediakan sarana kesehatan yang memadai dan berkualitas baik kepada rakyat, bukan demi memiliki tenaga kerja yang sehat yang dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian tetapi demi memenuhi tugasnya mengurus kebutuhan orang-orang dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Kedokteran keunggulan dalam sejarah Islam

Ketika Islam diterapkan sebagai sebuah sistem lengkap, Islam menyediakan sarana untuk berprestasi di segala bidang seperti ilmu pengetahuan dan teknologi. Di masa lalu, individu di bawah Khilafah membuat kontribusi yang luar biasa untuk bidang medis.

Khilafah pada masa itu menyediakan banyak rumah sakit kelas satu dan dokter di beberapa kota: Baghdad, Damaskus, Kairo, Yerusalem, Alexandria, Cordova, Samarkand dan banyak lagi. Kota Baghdad sendiri memiliki enam puluh rumah sakit dengan pasien rawat inap dan pasien rawat jalan dan memiliki lebih dari 1.000 dokter.

Rumah sakit umum seperti Bimaristan al-Mansuri, didirikan di Kairo pada tahun 1283, mampu mengakomodasi 8.000 pasien. Ada dua petugas untuk setiap pasien yang melakukan segala sesuatu untuk diri pasien agar mendapatkan kenyamanan dan kemudahan dan setiap pasien mendapat ruang tidur dan tempat makan sendiri. Para pasien baik rawat inap maupun rawat jalan di beri makanan dan obat-obatan secara gratis.

Ada apotik dan klinik berjalan untuk perawatan medis bagi orang-orang cacat dan mereka yang tinggal di desa-desa. Khalifah, Al-Muqtadir Billah, memerintahkan bahwa setiap unit apotik dan klinik berjalan harus mengunjungi setiap desa dan tetap di sana selama beberapa hari sebelum pindah ke desa berikutnya.

Dari catatan sejarah di atas, kita melihat bahwa ketika Penguasa benar-benar menerapkan aturan Allah SWT, barulah saat itu masyarakat akan benar-benar berkembang dan berhasil. Namun, penting untuk diingat bahwa kemajuan materi tidak menyamakan dengan kesuksesan sejati - mencari keridhaan Allah SWT.

Bagi khalifah hal tersebut bukan hanya tentang bagaimana menyediakan pelayanan medis, melainkan untuk memenuhi kebutuhan warga yang dirinya dipercayakan untuk bertanggung jawab atas mereka. (khilafah.com, 23/3/2010)

Strategi Baru Amerika Terhadap Islam di Indonesia

Nasir Tamara muda memberanikan diri ke kantor Ford Foundation, suatu hari di awal 1980-an. Tekadnya hanya satu, ia butuh dana untuk belajar Islam dan politik. Ia ingin Ford Foundation mensponsori studinya.

Tapi, ia keluar kantor dengan tangan kosong. Pemerintah Amerika Serikat, yang menyokong dana Ford Foundation, menolak permohonannya. ”AS tidak tertarik dengan Islam,” kata Nasir, mengenang peristiwa itu, pada Washinton Post , baru-baru ini.

Selidik punya selidik, penolakan Ford Foundation ada hubungannya dengan Presiden AS saat ini, Barack Obama. Hubungan itu lewat mendiang ibu si Presiden, Ann Dunham. Ann adalah antropolog AS yang sudah menetap lebih dari satu dekade di Indonesia.

Riset Ann di Indonesia, yang tentu dilirik oleh AS, tidak mengutamakan bidang politik maupun agama. Dua bidang itu, menurutnya, terlalu sensitif. Apalagi saat itu Indonesia dikuasai oleh penguasa, yang menurutnya, berpaham sekuler. Riset Ann fokus pada pembangunan ekonomi.

Seandainya Nasir Tamara datang ke Ford Foundation pascapenyerangan World Trade Center, 11 September 2001, situasinya pasti lain. Bisa jadi ia benar-benar dibiayai studi di AS.

Washington Post mencatat, pendekatan AS terhadap Islam di Indonesia mengalami perubahan besar-besaran setelah menara kembar itu dihantam dua pesawat. AS menyediakan dana untuk ‘mencetak’ Muslim moderat.

Pemerintah Paman Sam menerbangkan ratusan ulama Indonesia untuk ikut kursus tentang Islam moderat di AS. Mereka menerbitkan buku panduan khutbah. Memberi garis besar isu-isu khutbah. Bahkan, salah satu organisasi swasta di AS mencoba membuatkan materi khutbah Jumat untuk para ulama Indonesia.

Dalam skala tertentu, apa yang dilakukan AS di awal dekade 2000-an terhadap Islam di Indonesia, meniru strategi perang dingin mereka terhadap komunisme dan Uni Sovyet. Kala itu, AS ‘jor-joran’ menyokong program pendidikan dan budaya antikomunisme.

Hal yang sudah dilakukan The Asia Foundation di sini. Yayasan yang disokong resmi oleh Pemerintah AS, tapi lewat saluran dana rahasia. The Asia Foundation bekerja sama dengan USAID membiayai program ‘Islam and Civil Society’ di Indonesia. ”Kami ingin menantang pemikiran Islam garis keras,” kata Ulil Abshar Abdalla, intelektual muda yang mendirikan Jaringan Islam Liberal di 2001. The Asia Foundationlah yang menyediakan dana bagi Ulil untuk mendirikan JIL.

Lewat dana itu, JIL bisa siaran mingguan di salah satu radio swasta. Tema siaran tentu saja mengkritisi interpretasi literal yang biasa dilakukan Islam garis keras. JIL juga sempat membuat program televisi yang memperlihatkan Islam warna-warni di Indonesia. Tak lupa mereka menyebarkan selebaran Islam liberal di sejumlah masjid.

Pemerintah AS benar-benar ‘kepincut’ model moderat Ulil. Ia diterbangkan ke Washington pada 2002. Di ibu kota negara ini, Ulil bertemu barisan pejabat penting. Mulai dari Depdagri AS hingga Pentagon. Ia berdialog dengan Paul D Wolfowitz, saat itu wakil Menteri Pertahanan AS dan mantan duta besar AS di Indonesia.

Tapi, pendekatan kultural ala perang dingin ini gagal total. Justru gara-gara JIL muncul, lebih banyak lagi umat Muslim konservatif yang benci pada AS. Mereka menilai AS bermain di air keruh, mencoba mengoyak-ngoyak akidah Islam.

Ini ditambah hadirnya perang Irak. ”Perang Irak ‘menghancurkan semuanya’,” kata Ulil, yang mulai menerima ancaman dibunuh setelah mendirikan JIL. Reaksi keras terus bertebaran. Majelis Ulama Indonesia malah menolak paham JIL. MUI mengeluarkan fatwa untuk menolak sekularisme, pluralisme, dan liberalisme.

Buntutnya kembali ke uang. The Asia Foundation tak lagi mengucurkan dana bagi JIL. Mereka mengubah strateginya. Masih tetap menyediakan dana bagi organisasi Islam lokal, tapi menghindari isu keagamaan yang sensitif.

Dana akan mengucur bila ada proposal seperti pelatihan pengawasan anggaran, pemberantasan korupsi, hingga penanganan kemiskinan. ”Yayasan menilai perdebatan pemikiran Islam di Indonesia akan lebih maju tanpa keterlibatan organisasi internasional,” kata Kepala Kantor The Asia Foundation Jakarta, Robin Bush.

Menurut Washington Post , Pemerintah AS selalu memerhatikan arah angin Islam di Indonesia. Betapa tidak. Indonesia adalah salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Jumlah penganut Islam di nusantara lebih banyak dari jumlah seluruh penduduk negara Teluk Persia.

”Ini adalah pertarungan ide. Pertarungan masa depan Indonesia,” kata Kepala USAID Jakarta, Walter North. Pertarungan ini mencuatkan pertanyaan penting: Cukupkah AS hanya mengamati perkembangan Islam di Indonesia, atau terjun langsung dan mempromosikan Muslim sesuai keinginan AS.

Secara garis besar, menurut Washington Post , perkembangan di Indonesia sesuai dengan arah yang diinginkan AS. Ini terlihat dari sejumlah gejala. Misalnya, terorisme yang melibatkan Islam. Ketika salah satu tersangka peledakan bom Ritz Carlton, Juli 2009, ditembak mati oleh Detasemen Khusus 88 (yang dilatih oleh AS). Warga desa tempat korban dilahirkan menolak jenazah dimakamkan di desa itu.

Lantas protes keras Front Pembela Islam terhadap kedatangan bintang porno asal Jepang, Maria Ozawa. Menurut AS, FPI tidak lagi ambil pendekatan kekerasan dengan menghancurkan bar, klub malam, atau hotel, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.

Derajat kebencian publik Indonesia ke AS terkait perang Irak pun diklaim turun. Salah satu faktor pendukungnya adalah hengkangnya George W Bush dan naiknya Barack Obama. Pada 2003, tahun pertama perang Irak, 15 persen orang Indonesia yang disurvei oleh Pew Research Center mendukung AS. Bandingkan dengan 75 persen dukungan sebelum Bush menjabat. Posisi dukungan sekarang, setelah Obama memerintah, ada di level 63 persen.

Menurut Washington Post , sejumlah faktor penting ikut andil memengaruhi perbaikan citra AS ini. Pertama, ekonomi Indonesia yang relatif baik di tengah krisis keuangan. Kedua, suksesnya pemilu yang bebas dan adil. Ketiga, kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono, jenderal lulusan AS, yang merangkul partai Islam dalam koalisinya.

Sementara menurut Masdar Mas’udi, ulama senior di Nahdlatul Ulama, salah satu organisasi Islam terbesar di dunia, faktor lain adalah kebijakan AS yang tidak lagi mencampuri urusan agama di Indonesia.

”Intervensi AS terhadap urusan agama di Indonesia justru memicu lawan tanding. Bahkan, memperkuat mereka. Makanya, ada perubahan di kebijakan AS. Sekarang mereka menyasar ke pengentasan kemiskinan, terutama petani Muslim,” katanya.

Kepala USAID di Indonesia, Walter North, menambahkan, sekarang bukan lagi saatnya ikut campur masalah agama. ”Kita terjun untuk langsung memecahkan masalah riil di Indonesia, yaitu kemiskinan dan memberantas korupsi. Mencoba melahirkan generasi pemimpin Muslim seperti yang diinginkan AS tidak laku lagi,” katanya.

sumber: Republika, (26/3/2010)

Selasa, 23 Maret 2010

Ulil JIL: Dunia Islam Paling Banyak Melanggar HAM, Harus Berguru pada Obama

SEMAKIN banyak berbicara, semakin terlihat kejahilannya. Itulah ciri khas kelompok liberalis. Setidak-tidaknya, itu diperlihatkan Ulil Abshar Abdalla dalam acara "Debat Kontroversi kedatangan Obama" di studio TVOne, Jakarta, Rabu (17/3/2010).

Dalam debat bertema “Obama Disayang Obama Ditentang” itu dihadiri dua kubu yang saling berseberangan. Dari pihak yang mendukung kedatangan Obama ke Indonesia, tampil dua narasumber: Ulil Abshar (Jaringan Islam Liberal) dan Effendy Choirie (Partai Kebangkitan Bangsa), sedangkan dari pihak yang menolak Obama diwakili oleh dua narasumber: Ismail Yusanto (Hizbut Tahrir Indonesia), Ali Mocthar Ngabalin (Partai Bulan Bintang).

Debat yang disiarkan secara langsung mulai pukul pukul 19.30 WIB itu dibagi dalam dua sesi yang diselingi dengan berbagai iklan. Pada sesi pertama, Ismail Yusanto berdebat dengan Ulil Abshar, disusul dengan debat sesi kedua antara Ali Mochtar Ngabalin dengan Effendy Choirie.

Ulil Abshar berapi-api menyatakan dukungannya terhadap rencana kedatangan Obama ke Indonesia, dengan ungkapan khas Arab “ahlan wa sahlan bihuduri Obama.”

Sebagai anak didik Amerika, agaknya bisa dimaklumi bila Ulil sangat memuji Obama dan Amerikanya. Mungkin itulah apresiasi balas jasa yang dipersembahkan kepada negara yang telah memberikan beasiswa program magister di Universitas Boston, dan studi tingkat PhD di Department of Near Eastern Languages and Civilizations di Universitas Harvard.

Tapi Ulil –yang lama hidup di negara Amerika– itu menjadi sangat tidak wajar jika ia tidak tahu tentang Amerika. Berangkat dari ketidaktahuan itulah, Ulil memuji Amerika sembari menghina Islam, lalu menganjurkan umat Islam supaya belajar (baca: berkiblat) ke Amerika dalam mengatasi masalah diskriminasi.

“Ada pelajaran penting yang bisa diambil dari pengalaman Obama di Amerika.
Ini luar biasa. Jadi orang Islam harus belajar bagaimana mereka mengatasi diskriminasi. Di dalam negara Islam itu diskriminasi masih banyak sekali,” kata Ulil.

Tak puas menyebut kaum Muslimin sebagai negara yang kaya diskriminasi, menantu Kiyai Mustafa Bisri ini bahkan menyebut dunia Islam paling banyak mengoleksi pelanggaran HAM.

...Pelanggaran HAM paling banyak di dunia Islam. Umat Islam harus belajar kepada Amerika, tegas Ulil...

“Pelanggaran HAM paling banyak itu di dunia Islam. Umat Islam harus belajar. Ada hal positif yang bisa diambil dari Amerika,” tegasnya.

Menanggapi tudingan Ulil terhadap umat Islam, Ismail Yusanto menjawab dengan santai. Juru bicara HTI ini tidak membantah langsung, tapi membandingkan pendapat Ulil yang bertolak belakang dengan data Amnesti Internasional.

“Itu tadi menurut Ulil. Bahwa pelanggaran HAM itu paling banyak di negeri Islam. Tapi menurut Amnesti Internasional, pelanggaran HAM terbesar di dunia itu Amerika, yang sekarang presidennya Barrack Obama,” jelas dia.

“Mana yang lebih kredibel, Saudara Ulil atau Amnesti Internasional?” tanya dia.

Ulil nampak kaget dan tidak percaya dengan pernyataan jubir HTI itu. Ulil rupanya belum pernah membaca data Amnesti Internasional bahwa Amerika adalah pelaku pelanggaran HAM terbesar di dunia. Ulil pun tidak terima jika bapak asuhnya disebut sebagai pelanggar HAM terbesar di dunia.

“Saya minta dibuktikan kalau data itu ada,” protes dia.

“Silakan, itu sudah berulangkali dilansir di media,” jawab Ismail.

Ulil yang belum membaca data itu, spontan berkata, “Saya sih nggak percaya!”

Pada debat sesi kedua, meski yang dihadapinya bukan Ulil, tapi Ali Mukhtar Ngabalin masih menyempatkan untuk menyindir Ulil. Tidak terima umat Islam disuruh belajar kepada Amerika untuk mengatasi diskriminasi dan pelanggaran HAM, salah satu pendiri Gerakan Indonesia Bersih (GIB) ini menyemprot Ulil agar jangan menjadi “jongos” Amerika, sembari mengutip petuah Bung Karno.

“Ingat pesan Soekarno, kita boleh berteman dengan Amerika, tapi jangan mentang-mentang menerima beasiswa dari Amerika, kemudian menjadi jongos Amerika!” tegasnya.

...Jangan mentang-mentang menerima beasiswa dari Amerika, kemudian menjadi jongos Amerika!” tegas Ali Mochtar...

Ia juga mengingatkan agar para intelektual tidak berpikir picik menjadi boneka Amerika hanya karena dapat beasiswa dari Amerika.

“Jangan mentang-mentang belajar di Amerika kemudian menjadi corong Amerika, menjadi boneka,” ujarnya.

Mantan anggota DPR RI dari PBB ini juga memperingatkan bahwa sejak dulu kedatangan presiden Amerika ke Indonesia tidak pernah membawa manfaat bagi Indonesia, malah memperluas jajahannya. Antara lain Obama datang ke Indonesia dalam rangka evaluasi terhadap kontrak kerja Freeport, Chievron, ExxonMobil, dll. Kembali, ia mengingatkan petuah Bung Karno.

“Soekarno pernah mengajarkan kepada kita, Amerika itu tidak pernah menawarkan sesuatu yang baik kepada negara-negara berkembang atau dunia ketiga. Itu sebabnya, Amerika harus kita setrika, Inggris kita linggis! Masak kita intelektual masak berpikir sepicik itu?” pungkasnya.

Amnesti Internasional: AS Terbanyak Langgar HAM dalam 50 tahun terakhir

Dalam konferensi pers di London (26/5/2004), Amnesti Internasional, sebuah LSM HAM internasional yang berbasis di London ini melaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) adalah pelaku pelanggaran HAM terburuk di seluruh dunia, selama 50 tahun terakhir, sejak negara adidaya itu mengeluarkan kebijakan perang terhadap terorisme dan invasinya ke Iraq. Berita ini dilansir berbagai media internasional semisal AFB, BBC, dan lain-lain.

Sekjen Amnesti International, Irene Khan mengatakan, negara-negara berkuasa yang menyumbangkan pasukan tentara untuk Iraq telah mengabaikan hukum internasional dengan mengorbankan HAM secara `membabi-buta' atas nama keamanan.

"Agenda keamanan dunia yang diperjuangkan oleh AS tidak mempunyai visi dan prinsip yang jelas,'' kata Irena.

"Perbuatannya melanggar HAM di negara sendiri, sikapnya menutup mata terhadap insiden-insiden dan penyiksaan di luar negeri serta penggunaan kekerasan pasukan dengan sewenang-wenang telah menggugat keadilan serta menjadikan dunia ini lebih berbahaya,'' katanya.

Laporan tersebut juga mengungkapkan butir-butir terperinci mengenai pembunuhan warga sipil oleh pasukan penjajah AS di Iraq dan juga mengenai siksaan yang pasukannya atas tahanan Iraq.

...Lebih dari 600 warga negara asing ditahan tanpa tuduhan yang jelas atau proses hukum, di penjara Guantanamo, Kuba. AS juga menahan sejumlah tawanannya di beberapa lokasi yang tidak diketahui...

Invasi dan penguasaan wilayah Iraq oleh otoritas yang dibentuk negara-negara koalisi, menyebabkan ribuan orang di Iraq ditahan. Laporan itu juga menyebutkan, ratusan orang dari sekitar 40 negara, dipenjarakan AS tanpa proses hukum di Afghanistan.

Laporan Amnesti International itu juga menyentil sikap AS terhadap ratusan orang dari berbagai belahan dunia yang terus ditahan oleh AS tanpa dakwaan di Guantanamo, Kuba.

“Lebih dari 600 warga negara asing ditahan tanpa tuduhan yang jelas atau proses hukum, di penjara Guantanamo, Kuba. Mereka tidak diberi akses ke keluarga atau ke penasihat hukum. Orang-orang ini ditahan atas dugaan terkait dengan Al-Qaeda. Selain di Guantanamo, diduga AS menahan sejumlah tawanannya di beberapa lokasi yang tidak diketahui,” papar laporan tersebut.

Irene menyatakan, perang terhadap terorisme seharusnya dibarengi dengan upaya melindungi hak asasi manusia, tapi pada kenyataannya, kampanye antiterorisme dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, saling bertentangan.

Irena mengatakan, dunia telah melihat kenyataan yang sebenarnya, setelah foto-foto penyiksaan dan pelecehan di penjara Abu Guraib tersebar di masyarakat luas. Ini adalah konsekuensi logis, dari perburuan yang membabi buta yang dilakukan AS sejak peristiwa 11 September. AS telah mengabaikan dan menempatkan dirinya diluar sistem hukum yang ada.

...AS telah kehilangan moral dan potensinya untuk melakukan segalanya dengan cara yang damai, kata Irene...

“AS telah kehilangan moral dan potensinya untuk melakukan segalanya dengan cara yang damai,” kata Irene dalam keterangan persnya di London.

Amnesti Internasional menyatakan, pihak Departemen Kehakiman AS telah mengakui ada problem besar dalam menangani ratusan tahanan warga negara asing sejak peristiwa 11 September.

Selain tidak memberikan akses pada keluarganya, AS juga tidak memberi akses agar para tahanan bisa didampingi pengacara agar proses hukumnya bisa segera dilakukan. Selain itu, bukti-bukti menunjukkan adanya pola penyiksaan fisik maupun verbal yang dilakukan oleh para penyidik.

Amnesti Internasional juga memaparkan pelanggaran Ham lainnya yang dilakukan AS, antara lain, penahanan sekitar 6.000 anak-anak migran dengan tuduhan melakukan kenakalan remaja. Anak-anak ini ditahan sampai berbulan-bulan.

Disamping itu, polisi dan penjaga penjara di AS, telah menyalahgunakan senjata dan menggunakan bahan kimia terhadap para tahanannya, yang menyebabkan kasus tewasnya sejumlah tahanan di penjara AS.

...Amnesti Internasional juga memaparkan pelanggaran Ham lainnya yang dilakukan AS, antara lain, penahanan sekitar 6.000 anak-anak migran dengan tuduhan kenakalan remaja, sampai berbulan-bulan...

Amnesti Internasional juga mengkritisi penerapan hukuman mati di AS. Sepanjang tahun 2003, sudah 65 orang yang menjalani hukuman mati di AS. Total, sudah ada 885 orang yang menjalani hukuman mati sejak AS menerapkan kembali hukuman itu pada tahun 1976. AS dinilai juga telah melanggar aturan internasional dalam menerapkan hukuman mati ini, karena telah mengenakkannya pada anak dibawah umur 18 tahun.

Yang paling hangat, Amnesti Internasional, mengkritik AS karena berupaya mendapatkan kekebalan hukum dari pengadilan internasional bagi tentaranya yang melakukan kejahatan perang. [taz/dari berbagai sumber](www.voa-islam.com)

Menjijikkan, Tentara Homo Akan Dilegalkan di Amerika

WASHINGTON (voa-islam.com): Polisi Washington menahan dua tentara gay Amerika, yang memborgol dan merantai dirinya sendiri diluar pagar Gedung Putih untuk melakukan demonstrasi. Mereka berdua adalah pengunjuk rasa berumur 44 tahun, James Petrandzhelo dan 29 tahun Daniel Chow, mereka merantai diri sendiri ke pagar di sisi utara tempat tinggal presiden tersebut, mereka lalu ditemukan patroli. Sebagaimana dinyatakan dalam jumpa pers, polisi telah tiga kali memperingatkan mereka untuk tidak melakukan protes ilegal. Mereka kemudian ditangkap dan dibawa ke pengadilan, lapor koran "Today".

Kedua pengunjuk rasa tersebut merupakan veteran Irak, mereka secara "terang-terangan mempraktekkan" homoseksualitas. Mereka tidak puas dengan situasi tertekan akibat perilaku menyimpang dalam Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, dan merantai diri mereka di pagar dalam rangka untuk "menyampaikan pesan kepada Presiden. "

Menurut prinsip militer, jika mereka secara terbuka diakui sebagai homoseksual, maka dilarang menjadi tentara. Undang-undang militer menyediakan demobilisasi dalam kasus-kasus itu, jika homoseksualitas mereka terbukti selama penyelidikan.

..Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates dan Ketua Kepala Gabungan Staf Mike Mullen pada sidang di Senat mengumumkan kampanye bagi legalisasi sodomisasi di militer, yang nanti akan mengarah pada penghapusan lengkap prinsip "jangan tanya - jangan bilang" (Don't Ask - Don't Tell)

Kampanye untuk melegalkan homoseksual dan lesbian telah mulai pada awal bulan Februari tahun ini. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates dan Ketua Kepala Gabungan Staf Mike Mullen pada sidang di Senat mengumumkan kampanye bagi legalisasi sodomisasi di militer, yang nanti akan mengarah pada penghapusan lengkap prinsip "jangan tanya - jangan bilang" (Don't Ask - Don't Tell).

Pada 1993, Presiden dari Demokrat Bill Clinton pernah akan membuang aturan pelarangan kepada tentara yang melakukan "penyimpangan" di militer, tetapi badan legislatif dan kepala-kepala pasukan AS menentang langkah ini, mereka percaya bahwa hal ini akan merusak kesiapan Angkatan Bersenjata. Sebagai contoh, di Inggris setelah disahkannya penyimpangan sodomi di Angkatan Bersenjata Royal, mulai memicu pemberhentian massa para perwira yang normal.

Para ahli menyatakan bahwa keputusan pemerintah AS ini telah membuka kotak Pandora, memicu konflik antara aktivis LGBT dan kepemimpinan militer, yang akan membawa suasana barak Amerika menjadi "parade gay".

Untuk melihat ukuran perkiraan masalah ini, sebelumnya pernah tercatat bahwa, menurut "Times Army", pada tahun 2009 akibat perlakuan homoseksualitas di Angkatan Darat Amerika Serikat telah dipecat 428 perwira, sedangkan di tahun 2008 - 619 perwira juga dipecat akibat kelakuan homo mereka. Sedang sejak tahun 1993 hingga sekarang, lebih dari 10 ribu perwira berkelakukan "aneh" ini telah diturunkan pangkatnya. [Cno]

Senin, 08 Maret 2010

''Agama Baru'' dan Rasionalitas Islam

Oleh: Nurdin Sarim*

Kontroversial perihal pencabutan Undang-Undang (UU) Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penodaan Agama terus mendapat sorotan publik, seiring dengan kontroversialnya draf Undang-Undang Nikah Siri, kasus Bank Century dan pernyataan Lutfi Syaukani tentang penyamaan Lia Eden dan Nabi Muhammad SAW. Terkait dengan pencabutan Undang-Undang Penodaan Agama ini, Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) menyatakan bahwa UU tersebut tidak lagi relevan dengan prinsip-prinsip demokrasi dan sekaligus juga tidak sejalan dengan semangat konstitusional Indonesia.

Alih-alih jadi alat perlindungan bagi kelompok agama, yang terjadi justru sebaliknya. UU itu malah dijadikan alat pembenaran bagi perilaku penodaan, bahkan tindakan kekerasan dan penistaan terhadap kelompok agama tertentu. UU itu lebih banyak dipakai mendiskreditkan kelompok yang memiliki pemahaman berbeda dengan arus utama, seperti dinyatakan Musdah mulia (Kompas, 9/2/2010).

Sebaliknya, para ulama Islam Indonesia malah khawatir dengan pencabutan UU tersebut. "Jika UU Penodaan Agama dicabut, akan muncul nabi-nabi palsu baru. Saat UU itu masih ada saja, nabi baru sudah sering muncul, apalagi jika sampai dicabut.” Demikian disampaikan Ketua MUI Jatim, KH. Abdussomad Buchori" (Hidayatullah.com 19/2/2010).

Pernyataan KH Abdussomad Buchori adalah pertanda bagi kita bahwa masyarakat Islam Indonesia masih banyak yang tidak mengerti agamanya. Kemunculan agama dan nabi-nabi palsu dan maraknya pengikut keduanya, adalah fakta jelas perihal ketidakmengertian umat terhadap agama.

Islam dan Rasionalitas

Indonesia adalah pemegang nomor satu dalam kuantitas muslim terbesar di dunia, namun kebesaran kuantitas ini tidak menjadi jaminan bagusnya kualitas Islam bangsa Indonesia. Munculnya nabi-nabi dan agama palsu adalah bukti bobroknya akidah umat. Apa sebab? Umat Islam Indonesia masih terkukung taklid buta dan kebodohan. Merasa cukup dengan peninggalan leluhur, tidak mau belajar, dan malas berfikir.

Islam adalah agama yang paling banyak memusatkan pengikutnya pada penggunaan rasio dan nalar dalam beragama. Dalam Al-Quran terdapat lebih dari 1000 ayat yang terus mendorong kaum muslim untuk menggunakan akalnya. Ini fakta bahwa Islam mendorong rasionalitas beragama.

Dr. Yusuf Qardawi dalam bukunya "Akal dan Ilmu dalam Al-Quran" telah menerangkan panjang lebar perihal perhatian Al-Quran terhadap pentingnya penggunaan akal untuk berfikir dan pentingnya peningkatan ilmu pengetahuan dalam segala bidang, termasuk bidang agama.

Perhatian Al-Quran terhadap penggunaan nalar dalam beragama menjadikan kaum orientalis terkagum-kagum dengan Al-Quran. Jack Burke, seorang orientalis kawakan asal Prancis dan ahli ilmu sosial, bertutur setelah menerjemahkan Al-Quran, "Kini jelas sudah bagiku bahwa Al-Quran mendorong rasionalitas, berfikir cerdas dalam tiap-tiap surat-surat dan ayat-ayatnya. Ini adalah hasil perjalanan panjangku bersama Al-Quran."

Maxime Rodinson, penulis Yahudi beraliran Marxisme asal Prancis berkata, "Al-Quran adalah kitab suci yang memperhatikan rasionalitas dengan perhatian luar biasa. Allah, Tuhan penurun Al-Quran telah menjelaskan di dalamnya seluruh bangunan rasionalitas dengan argumen-argumen rasional. Bahkan Al-Quran sendiri adalah bukti bagi rasionalitas."

Rasulullah sendiri terus mendorong umatnya untuk senantiasa belajar, sebagaimana diutarakan dr. Sigrid Hunke dalam bukunya "Syamsu al-Arab tasta'u 'ala al-Ghorb". Rasulullah terus mendorong umatnya untuk senantiasa menggunakan akal dan mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim. Rasulullah memperingatkan umatnya bahwa penghapusan kebodohan adalah bagian dari agama, dan setiap umat Islam harus membuang kebodohan dan taklid buta pada leluhur. Kebodohan adalah gerbang kemiskinan dan kemiskinan gerbang kekufuran.

Ketakutan para ulama Islam Indonesia atas rencana pencabutan Undang-Undang Penodaan Agama, sekali lagi adalah bukti bahwa umat ini masih terkukung penyakit kebodohan dan tidak menggunakan akal dalam beragama. Sejauh ini umat Islam Indonesia beragama masih atas dasar keturunan dan taklid pada leluhur semata.

Dr. Amru Syarif dalam bukunya "Intelectuall Journey" menyatakan bahwa hubungan manusia dengan agama bersifat rasional, sedangkan hubungan manusia dengan Tuhan bersifat empati/perasaan, namun tidak menafikan kerja nalar dalam pencarian Tuhan. Umat muslim Indonesia hendaknya meresapi perkataan Dr. Amru ini bahwa hubungan manusia dengan agama adalah hubungan yang rasional.

Kebanyakan umat Islam Indonesia sudah ber-Islam sejak kecil, akan tetapi keber-Islam-an ini hanya sebatas taklid semata. Hendaknya umat Islam Indonesia tidak hanya berhenti pada tahap taklid, akan tetapi bergerak jauh ke depan melintasi batas dimensi taklid leluhur, yang menghendaki iman taklid menjadi iman haqul yakin dan ditopang oleh argumen dan bukti-bukti rasional. Sebab Al-Quran menuntut hal ini.

Jika nasihat Al-Quran untuk menggunakan akal dan mencari kebenaran lewat nalar rasional dijalankan dan diresapi, mestinya rencana pencabutan Undang-Undang Penodaan Agama tak menjadikan umat Islam Indonesia gundah dan khawatir. Kekhawatiran itu hanya menambah bobroknya umat Islam Indonesia dan betapa jauhnya umat ini dari nilai-nilai ajaran Al-Quran dan Rasulnya.


"Agama Baru" Perlu Diuji

Jika Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penodaan Agama benar-benar dicabut oleh pemerintah, dan kekhawatiran munculnya agama dan nabi-nabi palsu benar-benar terjadi, maka agama dan nabi baru itu mesti diuji kebenarannya dengan pendekatan rasional dan nalar cerdas, bukan dengan pengerusakan dan kekerasan. Kekerasan atas agama hanya akan menimbulkan kemunafikan.

Setidaknya ada tiga komponen yang harus diterapkan jika nanti agama dan nabi-nabi palsu benar-benar bermunculan di Indonesia. Ketiga komponen itu adalah.

Pertama komponen yang menyangkut keabsahan kandungan ajaran agama tersebut, hal ini meliputi; Pertama; agama tersebut harus menjelaskan secara detail perihal konsep Tuhan. Dua; harus menjelaskan tujuan keberadaan manusia di dunia ini secara jelas. Tiga; ajaran agama tersebut mesti dapat diterima oleh akal dan perasaan manusia. Empat; agama baru tersebut dapat menunjukan bukti-bukti rasional atas bantahan yang ditujukan padanya. Lima; tidak ada pertentangan dalam kandungan ajaran agama tersebut. Enam; ajaran agama tersebut tidak bertentangan dengan fitrah akhlak manusia. Tujuh: kandungan ajaran agama tersebut tidak bertentangan dengan capaian ilmu pengetahuan. Delapan: ajaran agama tersebut tidak bertentangan dengan realitas umat manusia secara umum. Sembilan: ajaran agama tersebut seiring sejalan dengan kemajuan peradaban mansuia, dan mendorong pengikutnya untuk terus berkembang dalam segala bidang.

Komponen kedua terkait dengan pemahaman atas utusan atau rasul dan sifat-sifat nabi baru tersebut. Pertama: agama baru tersebut harus menjelaskan secara rinci perihal utusan atau Rasul dan bagaimana hubungan antara utusan tersebut dengan Tuhan dan dengan makhluk-makluk-Nya. Dua: ajaran agama tersebut harus menjelaskan bahwa nabi-nabi dan rasul bertugas sebagai penyampai risalah, bukan untuk pamer diri. Tiga: Ajaran agama baru tersebut harus menjelaskan bahwa nabi-nabi baru itu adalah orang-orang yang luhur budi, sempurna dalam akhlak, dan menjadi qudwah hasanah bagi seluruh umat manusia.

Komponen ketiga, dengan konsep Tuhan, yang mencakup beberapa poin di antaranya, satu; agama baru tersebut harus memberikan bukti keberadaan Tuhan dengan rinci dan rasional, dan memberikan bukti bahwa keberadaan Tuhan telah wujud di dalam fitrah manusia. Dua: agama baru tersebut harus mensifati Tuhan dengan sifat yang paling sempurna, tidak boleh dengan sifat-sifat manusia pada umumnya. Tiga: agama baru tersebut harus menjelaskan konsep kehidupan, manusia dan alam semesta secara rinci dan rasional (Dr. Amru Syarif. 2010).

Ketiga komponen di atas adalah alat uji dan ukur kebenaran sebuah agama, dan ketiga komponen tersebut telah jelas termaktub dalam ajaran agama Islam. Namun, jika ada agama baru yang muncul, maka penerapan alat uji di atas adalah harga mutlak. Dengan kata lain, "Apakah agama baru tersebut lebih hebat dari Islam atau tidak?" Jika tidak, berarti Islam adalah agama yang benar. Jika ya, berikan argumen yang rasional dan masuk akal.

Jika ketiga komponen di atas dikuasai dan sikap kritis umat Islam Indonesia terhadap ajaran-ajaran sesat, serta penguasaan terhadap pandangan hidup dan ajaran Islam secara intergral sudah dipenuhi, maka tidak akan mungkin akan ada lagi ajaran sesat dan nabi-nabi palsu bergentayangan di Indonesia. Munculnya agama dan nabi palsu adalah hikmah ilahiyah yang mesti direnungi dan menjadi pendorong sikap kritis umat Islam Indonesia, sebagai mana perkataan Ali karramallah wajhah, "Barang siapa tidak tahu apa itu kekufuran, maka ia tidak akan tahu apa itu keimanan."

Selain itu, peran para ulama dan cendikiawan muslim Indonesia sangat perlu, ajaran dan pandangan hidup Islam dan konsep-konsepnya harus terus diajarkan ke seluruh lapisan umat Islam Indonesia secara simultan dan integral, tidak setengah-setengah. Islamisasi jiwa adalah kata layak untuk Umat Islam Indonesia saat ini.

Nurdin Sarim; Mahasiswa Filsafat Universitas al-Azhar Kairo Mesir

Duhai Akhwat Facebooker, Renungkan ini...

Duhai akhwat yang kukagumi
Yang memiliki iman di hati
Dengarlah suara hati para lelaki
Sudahi menebar simpati
Hentikan bermanja pada kami
Kami ikhwan biasa yang tidak suci
Yang ingin teguh di jalan Ilahi.

Duhai yang kukasihi para akhwat
Yang memiliki malu, hormat dan martabat
Kami adalah pria biasa yang mudah terpikat
Iman kami tak sekuat para nabi dan shahabat
Fotomu bertebaran menggoda dan mengusik syahwat
Kecantikanmu menembus hati yang taat syariat.

Duhai akhwat yang kusanjungi
Jangan hajar emosi dan jiwa kami
dengan perhatian yang murah
Jiwa ini terasa gerah
dengan pujian yang membuncah.

Duhai akhwat yang kupuja
Engkau adalah mutiara berharga
Harapan bangsa dan agama
Bukan hanya fisik yang harus dijaga
Akhlak juga harus dihiasi
dengan lembaran hidup islami

Engkau akan terlihat anggun
Bukan karena pengagummu yang berjibun
Tapi karena sikapmu yang santun
Engkau semakin mempesona
Dengan izzahmu yang terjaga
Engkau semakin cantik memikat
Karena kepribadianmu yang sesuai syari'at
Renungkanlah duhai akhwat…

[flowerhijab@yahoo.com]

Wahai Ikhwan Facebooker, Jangan Lumpuhkan Hati Kami

Wahai Ikhwan FB,
Yang masih memiliki hati
Dengarlah jeritan hati kami
Sudahi merayu kami
Hentikan menebar simpati.

Kami hanyalah akhwat
Yang ingin menggapai cinta Ilahi
Yang mempunyai iman setipis ari
Menghadapi sikapmu yang tak terkendali
Terkadang kami tak cukup kuat.

Wahai Ikhwan FB,
Yang masih mempunyai nurani
Dengarlah suara hati kami
Jangan rintangi dakwah kami
Jangan matikan komitmen kami
Jangan serang kami dengan komentar basi.

Kami hanyalah akhwat biasa
Yang sedang mencari jati diri sejati
Yang tak sekuat iman istri para Nabi
Kami risih dengan candamu yang menjadi-jadi

Wahai Ikhwan FB,
Yang mempunyai lubuk hati
Dengarlah keluhan jiwa kami
Jangan goda kami dengan ta'aruf islami
Jika hanya sekedar mencari sensasi
Hati kami bukanlah kelinci semurah kue serabi
Kami akhwat yang menjunjung amanah Ilahi
Mengemban dakwah dalam naungan visi dan misi

Wahai Ikhwan FB,
Yang memiliki belas asih
Dengarlah pinta kami
Hargai hijab lebar kami
Bantulah kami kokohkan harga diri
Jangan lucuti semangat kami
Jangan runtuhkan ketegaran kami

Tolong kami,
Wahai para ikhwan FB
Jika kalian masih mempunyai hati nurani.

[yuliana/voa-islam.com]

Peran Sabar dalam Kehidupan

Manusia dalam kehidupannya senantiasa dihadapkan pada berbagai kesulitan dan bencana. Semua itu memerlukan ketegaran dan kekuatan. Jika tidak, manusia akan terseret arus lalu lenyap.

Sesungguhnya dunia adalah tempat ujian dan beramal. Sedangkan akhirat tempat pertanggung-jawaban dan hisab. Dan selama manusia masih hidup di dunia maka tidak akan pernah luput dari ujian dan cobaan hidup sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran iman seorang hamba Allah. Maka sungguh aneh orang yang ketika mendapat musibah dan kesulitan hidup lalu menggerutu, mencaci sana-sini, bahkan ingin mengakhiri hidupnya. Tidak sadarkah bahwa ia masih di dunia? Sedangkan dunia merupakan tempat ujian dan beramal.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

"Dzat Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk: 2)

Dan selama manusia masih hidup di dunia maka tidak akan pernah luput dari ujian dan cobaan hidup sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran iman seorang hamba Allah.

Ujian Bagian Dari Sunnatullah

Allah Ta'ala berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabut: 2)

Allah mengabarkan tentang hikmah (kebijaksanaan)-Nya yang sempurna, bahwa Dia tidak akan membiarkan begitu saja orang yang mengatakan "aku seorang mukmin" dan mengaku dirinya telah menyandang predikat iman, tanpa ditimpa fitnah dan ujian yang akan menggoda imannya. Kalau seandainya seperti itu, maka tidak ada bedanya antara orang-orang yang benar dalam beriman dan yang berdusta, yang mukmin sejati dan munafik, yang pengecut dan pemberani.

Tetapi sunnah (ketetapan) Allah yang sudah berlaku bagi umat-umat terdahulu dan masih tetap berlaku bagi umat ini bahwa Allah akan menimpakan kepada mereka ujian-ujian berupa kesenangan maupun kesusahan, kesulitan maupun kemudahan, kekayaan maupun kemiskinan.

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

"Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiyaa': 35)

. . . bahwa Allah akan menimpakan kepada mereka ujian-ujian berupa kesenangan maupun kesusahan, kesulitan maupun kemudahan, kekayaan maupun kemiskinan.

Hikmah dari semua itu untuk supaya Allah mengetahui (dan Allah Maha tahu sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi) siapa di antara mereka yang beriman dan menghambakan diri kepada Allah semata dalam semua kondisi itu?

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

"Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. Al-Ankabut: 3)

Ada sebagian manusia ketika mendapat kesenangan, kemudahan dan kekayaan menjadi orang shalih, tapi ketika terjepit dalam kesedihan, kesulitan, dan kemiskinan menjadi orang yang ingkar. "Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (keraguan). Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (ingkar kepada Allah). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (QS. Al-Hajj: 11)

Dan ada pula yang sebaliknya. "Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan dan di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung, maka mereka berdo'a kepada Allah dengan mengikhlaskan keta'atan kepada-Nya semata-mata: "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur". Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa yang benar." (QS. Yunus: 22-23)

Adapun orang yang benar dalam beriman ia akan senantiasa bertakwa kepada Allah dan menghambakan diri kepada-Nya dalam kondisi apapun. Bila ia mendapat kesenangan, kemudahan, dan kekayaan ia bersyukur. Namun jika ditimpa kesulitan, kesusahan, dan kemiskinan ia bersabar.
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh seluruh urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ditimpa kesenangan ia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka hal itu juga baik baginya." (HR. Muslim dari Shuhaib ar-Rumi)

. . . orang yang benar dalam beriman ia akan senantiasa bertakwa kepada Allah dan menghambakan diri kepada-Nya dalam kondisi apapun.

Keterpurukan Umat Islam Ujian Bagi Mereka

Bahkan dominasi kafir atas umat Islam merupakan bagian dari ujian Allah. Serangan musuh-musuh atas mereka dengan lisan, tulisan, informasi, sampai invasi militer, baik dilakukan dengan tangan-tangan kafir musyrik secara langsung maupun melalui tangan-tangan antek-antek mereka dari kalangan thaghuut, merupakan bagian ujian keimanan bagi mereka. Siapakah yang tetap istiqamah dalam kondisi fitnah ini? Dan siapakah yang berpaling dan menjual keimanannya kepada orang-orang kafir untuk mendapatkan dunia? Siapa yang benar-benar membela Allah dan siapa yang takut kepada musuh-musuhNya?

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

"Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (QS. Al-Hadid: 25)

Padahal Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa. Tidak ada sesuatu yang melemahkan dan mengalahkanNya. Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Dia Maha Kuasa untuk mengalahkan musuh-musuh-Nya. Tetapi Dia menguji para waliNya dengan musuh-musuhNya supaya nampak jelas siapa yang mau menolong Allah dan rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Lalu Dia akan menolong siapa yang menolong-Nya dan meneguhkan langkahnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

"Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad: 7)

Lalu "Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu, maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal." (QS. Ali Imran: 160)

Tetapi Dia menguji para waliNya dengan musuh-musuhNya supaya nampak jelas siapa yang mau menolong Allah dan rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.

Lalu Dia akan menolong siapa yang menolong-Nya dan meneguhkan langkahnya.

Kesabaran Bagi Seorang Mukmin

Seorang muslim dalam kehidupannya banyak memerlukan kesabaran. Ia senantiasa berada dalam kebaikan selama ia mampu menjaga kesabarannya. Ketaatan membutuhkan kesabaran. Meninggalkan maksiat juga membutuhkan kesabaran. Apalagi dalam menghadapi musibah, sangat dibutuhkan kesabaran. Karenanya, kesabaran adalah kekuatan yang tiada bandingnya. Cahaya yang senantiasa meyinari pemiliknya dan senantiasa menuntun kepada al-haq dan kebenaran. Wajarlah jika seorang muslim yang sabar banyak mendapat pujian dari Allah dan derajat yang tinggi di sisi-Nya.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji'uun" (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155-157)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)

Keutamaan Sabar

Iman terbagi menjadi dua bagian; setengahnya sabar dan sisanya adalah syukur. Barangsiapa yang mengharapkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat hendaknya tidak menyepelekan dua hal ini.

Imam Ahmad menyebutkan bahwa kata sabar disebutkan oleh Allah pada 90 tempat dalam Al-Qur'an yang diikuti dengan keterangan-keterangan tentang berbagai kemuliaan dan derajat yang tinggi, serta menjadikan kemuliaan dan derajat yang tinggi ini sebagai buahnya. Di antaranya:

1. Allah telah memuji orang-orang yang sabar dan mejanjikan bagi mereka pahala yang tidak terputus.

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)

2. Allah senantiasa menyertai mereka dengan hidayah, pertolongan, dan kemenangan yang dekat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)

3. Allah mencintai mereka.

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar." (QS. Ali Imran: 146)

4. Allah menjadikan syarat kepemimpinan dalam dien ada pada sabar dan yakin.

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآَيَاتِنَا يُوقِنُونَ

"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah: 24)

5. Dengan sabar dan takwa musuh tidak akan mampu mengalahkan umat Islam sekuat apapun mereka. Sedangkan tipu daya mereka tidak lah beguna atas orang-orang yang penyabar.

وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

"Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (QS. Ali Imran: 120)

"Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." (QS. Ali Imran: 186), dan keutamaan-keutamaan yang lainnya.

(PurWD/voa-islam.com)

Manfaat Jilbab Menurut Islam dan Sains

Allah memerintahkan sesuatu pasti ada manfaatnya untuk kebaikan manusia. Dan setiap yang benar-benar manfaat dan dibutuhkan manusia dalam kehidupannya, pasti disyariatkan atau diperintahkan oleh-Nya. Di antara perintah Allah itu adalah berjilbab bagi wanita muslimah. Berikut ini beberapa manfaat berjilbab menurut Islam dan ilmu pengetahuan.

1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)

“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.

“Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.

2. Terhindar dari pelecehan

Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, “Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari)

Jikalau wanita pada jaman Rasul merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki padahal wanita pada jaman ini konsisten terhadap jilbab mereka dan tak banyak lelaki jahat saat itu, maka bagaimana wanita pada jaman sekarang??? Tentunya akan menjadi target pelecehan. Hal ini telah terbukti dengan tingginya pelecehan di negara-negara Eropa (wanitanya tidak berjilbab).

3. Memelihara kecemburuan laki-laki

Sifat cemburu adalah sifat yang telah Allah subhanahu wata'ala tanamkan kepada hati laki-laki agar lebih menjaga harga diri wanita yang menjadi mahramnya. Cemburu merupakan sifat terpuji dalam Islam.

“Allah itu cemburu dan orang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah adalah apabila seorang mukmin menghampiri apa yang diharamkan-Nya.” (HR. Muslim)

Bila jilbab ditanggalkan, rasa cemburu laki-laki akan hilang. Sehingga jika terjadi pelecehan tidak ada yang akan membela.

4. Akan seperti biadadari surga

“Dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, mereka tak pernah disentuh seorang manusia atau jin pun sebelumnya.” (QS. Ar-Rahman: 56)

“Mereka laksana permata yakut dan marjan.” (QS. Ar-Rahman: 58)

“Mereka laksan telur yang tersimpan rapi.” (QS. Ash-Shaffaat: 49)

Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga. Yaitu menundukkan pandangan, tak pernah disentuh oleh yang bukan mahramnya, yang senantiasa dirumah untuk menjaga kehormatan diri. Wanita inilah merupakan perhiasan yang amatlah berharga.

Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga.

5. Mencegah penyakit kanker kulit

Kanker adalah sekumpulan penyakit yang menyebabkan sebagian sel tubuh berubah sifatnya. Kanker kulit adalah tumor-tumor yang terbentuk akibat kekacauan dalam sel yang disebabkan oleh penyinaran, zat-zat kimia, dan sebagainya.

Penelitian menunjukkan kanker kulit biasanya disebabkan oleh sinar Ultra Violet (UV) yang menyinari wajah, leher, tangan, dan kaki. Kanker ini banyak menyerang orang berkulit putih, sebab kulit putih lebih mudah terbakar matahari.

Kanker tidaklah membeda-bedakan antara laki-laki dan wanita. Hanya saja, wanita memiliki daya tahan tubuh lebih rendah daripada laki-laki. Oleh karena itu, wanita lebih mudah terserang penyakit khususnya kanker kulit.

Oleh karena itu, cara untuk melindungi tubuh dari kanker kulit adalah dengan menutupi kulit. Salah satunya dengan berjilbab. Karena dengan berjilbab, kita melindungi kulit kita dari sinar UV. Melindungi tubuh bukan dengan memakai kerudung gaul dan baju ketat. Kenapa? Karena hal itu percuma saja. Karena sinar UV masih bisa menembus pakaian yang ketat apalagi pakaian transparan. Berjilbab disini haruslah sesuai kriteria jilbab.

6. Memperlambat gejala penuaan

Penuaan adalah proses alamiah yang sudah pasti dialami oleh semua orang yaitu lambatnya proses pertumbuhan dan pembelahan sel-sel dalam tubuh. Gejala-gejala penuaan antara lain adalah rambut memutih, kulit keriput, dan lain-lain.

Penyebab utama gejala penuaan adalah sinar matahari. Sinar matahari memang penting bagi pembentukan vitamin Dyang berperan penting terhadap kesehatan kulit. Namun, secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa sinar matahari merangsang melanosit (sel-sel melanin) untuk mengeluarkan melanin, akibatnya rusaklah jaringan kolagen dan elastin. Jaringan kolagen dan elastin berperan penting dalam menjaga keindahan dan kelenturan kulit.

Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah.

Krim-krim pelindung kulit pun tidak mampu melindungi kulit secara total dari sinar matahari. Sehingga dianjurkan untuk melindungi tubuh dengan jilbab.

Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah. Dan jilbab pun memiliki manfaat. Ternyata tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya. Jilbab tak hanya sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari penyakit kanker dan proses penuaan.

Ternyata jilbab tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya.

Jilbab tak hanya sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari penyakit kanker dan proses penuaan.

Demikianlah Allah memberi kasih sayangnya kepada wanita melalui syariat islam yang sempurna. (PurWD/Kaskus)

Tulisan terkait:

Subhanallah, Ternyata Jilbab Cegah Penyakit Kulit

Sejarah Islam yang Dipinggirkan

DEISLAMISASI penulisan Sejarah Nasional Indonesia suatu sistem penulisan sejarah yang meminggirkan peranan ulama atau pimpinan Islam serta penegatifan nilai kejuangan umat Islam. Hal ini terjadi setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Jumat Legi, 9 Ramadan 1364 Hijriah, ulama menswastanisasi diri mereka dengan tidak terlibat dalam penguasaan departemen, lembaga, kantor dari pemerintah Indonesia. Selain itu, tidak ada perhatian untuk mendirikan Lembaga Sejarah dan memikirkan permasalahan arsip nasional, museum sejarah, kurikulum sejarah. Para ulama mensterilisasikan diri mereka dari campur tangan problema kekuasaan.

Para ulama membebaskan diri dari permasalahan administrati pemerintahan. Mereka memercayakan kepada kebijakan pejabat pemerintahan yang sudah dikuasai bangsa sendiri. Hal itu juga terjadi juga diakibatkan pengaruh proklamasi yang awalnya berhasil menghilangkan silang sengketa politik pada masa Kebangkitan Kesadaran Nasional 1900-1942. Terlupakannya dan terfokus menghadapi musuh bersama, common enemy, sekutu dan Belanda. Ulama lebih memilih di medan perang ketimbang duduk di departemen pemerintahan dan kantor pemerintahan. Seusai perang kemerdekaan, mereka kembali ke pesantren dan menjadikan pesantren mandiri. Mereka lebih merasa mulia jika tidak bergantung kepada pejabat pemerintah. Hilangnya orientasi kekuasaan (Q.S. 2 : 30) berdampak meluas pada segenap aspek kehidupan umat Islam, terutama deislamisasi sejarah sehingga menghilangkan kesadaran sejarah. Generasi muda Islam kehilangan pemikiran dan pijakan keindonesiaan mereka. Hal ini terjadi sebagai dampak lanjut ulama melakukan "pemindahan kekuasaan" dari pemerintah kolonial kepada orang yang ideologinya menentang Islam.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, segera dibentuk pemerintahan, mulai dari presiden, menteri kabinet, dirjen departemen, gubernur hingga lurah. Saat itu, ulama kurang berselera duduk dalam jabatan pemerintahan. Alasannya, pada masa pendudukan bala tentara Jepang, para ulama mendapatkan porsi pimpinan kemiliteran, menjadi tentara Pembela Tanah Air (Peta) dan Lasykar Hizbullah. Tidak mendapatkan kesempatan menduduki pamong praja. Dapat dipahami jika kedudukan kepamongprajaan dipegang oleh mantan pangreh praja masa kolonial Belanda. Kelompok pangreh praja yang dididik oleh penjajah bersikap tidak simpati pada Islam atau ulama sebagai kekuatan politik. Dengan adanya pemindahan kekuasaan yang demikian ini, terjadilah penegatifan peran ulama dan umat Islam dalam penulisan sejarah Indonesia.

Pandangan ulama

Setelah Mohammad Yamin sebagai penganut Tan Malakais yang berhaluan Marxist sebagai Menteri P dan K, mulailah penulisan deislamisasi sejarah. Diawali penulisan laporan dokumen pidato pertemuan Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan (BPUK), 1 Juni 1945, pada zaman pendudukan Jepang. Yang dituliskan hanya pidato Bung Karno, Bung Hatta, Mohammad Yamin. Tidak seorang pun pandangan ulama yang ikut urun pikir dituliskan di dalamnya. Dalam buku Mohammad Hatta Memoir, Hatta menyatakan, ketidakbenaran tulisan laporan M. Yamin tersebut, terutama isi pidato M. Yamin.

Demikian pula dalam tulisan tentang "Sumpah Indonesia Raya". Dituliskan adanya dua kerajaan yang melahirkan kesatuan bangsa dan negara. Pertama, Kerajaan Buddha Sriwijaya, dengan "Sumpah Bukit Barisan", melahirkan negara kesatuan pertama. Kedua, Kerajaan Hindu Majapahit, dengan "Sumpah Bukit Penanggungan", melahirkan kesatuan bangsa dan negara kedua. Ketiga, "Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928", di Jakarta, melahirkan negara proklamasi Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Dari ketiga proses sejarah di atas ini, M. Yamin meniadakan peranan Islam di dalamnya atau deislamisasi tulisan sejarahnya. Padahal, dalam realitas sejarah, umat Islam dan ulama dengan "Sumpah Syahadat" sebagai pelopor perlawanan terhadap penjajah Barat. Sebaliknya, kedua kerajaan Hindu dan Buddha tersebut telah tiada ketika penjajahan Barat mulai mendera Indonesia.

Politik penulisan sejarah deislamisasi dari M. Yamin juga dapat dilihat dari cara melukiskan peristiwa sejarah dalam "Lukisan Sejarah". Di dalamnya, terdapat lukisan peristiwa sejarah umat Islam yang tidak realistis. Dalam melukiskan "Sejarah Indonesia", dari 110 lukisan, "Sejarah Islam Indonesia" hanya ada dalam 28 lukisan atau hanya empat persen. Dalam penuturan "Sejarah Dunia", dilukiskan 90 dari 442 lukisan atau lima persen. Politik penulisan sejarah dari Menteri P dan K yang demikian ini, besar pengaruhnya terhadap penulisan sejarah selanjutnya.

Misalnya, Drs. Soeroto, "Indonesia di Tengah-tengah Dunia dari Abad ke Abad", jilid 1, Penerbit Djambatan, cetakan 1955-1962. Di dalamnya terdapat kisah prasejarah delapan halaman. Sejarah India menuturkan prasejarah India, agama Hindu dan Buddha sebanyak 32 halaman. Sementara agama dan kerajaan Islam hanya delapan halaman. Anehnya lagi, Khulafaurrasyidin hanya dituliskan namanya dan tahun pemerintahannya, tanpa ada penjelasannya. Abubakar (tahun 632-634 M), Umar (634-644 M), Usman (644-656 M), dan Ali (tahun 656-661 M).

Sebaliknya, sejarah Tiongkok dari halaman 50-101, diikuti sejarah Indonesia-Hindu dari halaman 107-149 atau 42 halaman. Dari perbandingan penulisan sejarah di atas, Islam di Indonesia ditiadakan dan Islam di Timur Tengah dan India dituliskan hanya delapan halaman dari 149 halaman. Buku sejarah ini digunakan para pelajar SMA yang mayoritas beragama Islam. Politik penulisan sejarah yang demikian ini, Islam dipinggirkan dan ditanamkan rasa kebanggaan terhadap Hindu, Buddha, dan Kong Fu Tsu.

Politik penulisan

Hal demikian ini terjadi pada masa Orde Lama dan Orde Baru. Dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) berubah menjadi Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), politik penulisan sejarahnya bertumpu pada pemikiran deislamisasi sejarah. Kebijakan penulisan sejarah untuk madrasah dari Departemen Agama mengikuti kebijakan P dan K dan Depdiknas. Dampak lanjutnya terhadap penentuan kalender pun terjadi deislamisasi. Kalender Masehi diutamakan dan kalender Hijriah dikerdilkan pencetakannya.

Kalender ditentukan pemerintah berdasarkan kalender Masehi. Kalender tahun Hijriah dengan bulan kamariah hanya dijadikan dasar penentuan hari besar Islam. Bukan dijadikan landasan orientasi waktu kerja dan kurikulum studi. Huruf nama bulan, huruf nama hari, angka tanggal, angka tahun Masehi dicetak jauh lebih besar. Sementara huruf nama bulan, tahun Hijriah, bulan kamariah, angka tanggal Hijriah sangat kecil sekali. Walaupun kalender itu dikeluarkan Kantor Wilayah Departemen Agama Jabar, tahun Masehi lebih besar ketimbang tahun Hijriah.

Kebijakan deislamisasi kalender Depag Jabar di atas berpengaruh luas kepada masyarakat Islam. Misalnya, pengaruhnya terhadap majalah Al Kisah yang Islami, tetapi tidak mau menggunakan bulan dan tahun penerbitannya dengan tahun Hijriah dan bulan kamariah. Misalnya, dapat dibaca, majalah Kisah Islam al Kisah, No. 25/tahun VII/14-27 Desember 2009/Rp 15.000,00. Walaupun majalah Al Kisah ini memuat tuntunan doa akhir tahun dan permulaan tahun Hijriah, penulisan tahun Masehi lebih ditonjolkan. Demikian juga majalah Islam lainnya, seperti Khalifah, tetap saja menulis edisi 16 November 2009, tampak lebih besar ketimbang tahun Hijriahnya.

Penulis pernah melihat spanduk tempat pendaftaran haji dari KBIH Bandung. Dituliskan pendaftaran calon haji tahun Masehi, tanpa disertakan bulan kamariah dan tahun Hijriahnya. Padahal, haji terjadi setiap 9 Zulhijjah. Hal ini semuanya terjadi akibat ulama membiarkan kekuasaan atau pemerintah "dipindahkan" kepada pihak yang tidak berorientasi Islam secara kafah. Barangkali, contoh-contoh di atas terjadi akibat kehilangan kontak sejarah yang pernah dirintis ulama terdahulu, seperti H.O.S. Tjokroaminoto tentang proses perlunya kekhalifahan atau kekuasaan yang Islami.

H.O.S. Tjokroaminoto dalam membangkitkan kesadaran nasional umat Islam Indonesia merumuskan langkah dalam paradigma Lima-K, yaitu kemauan, kekuatan, kemenangan, kekuasaan, dan kemerdekaan. Untuk menjadikan umat Islam sebagai kekuatan pendobrak pemerintah Belanda, diutamakan kemauan untuk merdeka. Dari kebangkitan kemauan, akan berdampak pada kekuatan, dengan kekuatan akan diperoleh kemenangan.

Setelah kemenangan, umat Islam harus menduduki kekuasaan. Tanpa menduduki kekuasaan, tidak akan memperoleh kemerdekaan. Kemerdekaan politik dan terbebas dari penjajah.

Setelah kemenangan, umat Islam harus menduduki kekuasaan. Tanpa menduduki kekuasaan, tidak akan memperoleh kemerdekaan. Kemerdekaan politik dan terbebas dari penjajah. Tanpa memperoleh kemerdekaan politik dengan kekuasaannya, tidak mungkin dapat menciptakan kemerdekaan sejati, yakni kemakmuran untuk seluruh bangsa. (PurWD/Pikiran rakyat)

* Penulis: Ahmad Mansur Suryanegara (Sejarawan Islam Unpad Bandung dan Penulis Buku API SEJARAH), dengan judul Terjadi Pengerdilan Sejarah Islam.

Akhwat Genit, Apaan Tuh?

Akhwat adalah sebutan akrab untuk para wanita muslim. Akhwat secara bahasa Arab artinya saudara perempuan. Namun sudah maklum (diketahui) bahwa saudara yang dimaksud di sini adalah saudara seiman, sama-sama muslim. Hal ini bukan tak berdasar, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain," (HR. Muslim, no. 2564).

Namun memang sebagian orang menggunakan istilah akhwat untuk makna yang lebih sempit. Ada yang menggunakan istilah akhwat khusus untuk para muslimah yang aktifis dakwah, berarti yang bukan aktifis dakwah bukan akhwat.

Ada juga yang menggunakan istilah akhwat khusus untuk para muslimah yang berjilbab lebar, berarti yang berjilbab pendek bukan akhwat.

Ada yang lebih parah lagi, istilah akhwat hanya diperuntukkan bagi muslimah yang satu aliran atau gerakan, yang beda aliran dan gerakan bukan akhwat. Tentu kita lebih setuju makna yang umum, bahwa setiap muslimah yang mentauhidkan Allah, adalah akhwat. Namun yang lebih dikenal banyak orang, akhwat adalah para muslimah aktifis dakwah yang biasanya berjilbab lebar. Dan makna ini yang kita pakai di dalam tulisan saya ini.

Demi Allah, sungguh anggunnya para muslimah dengan hijab syar'inya (pakaian muslimah yang sesuai ajaran Islam), melambai diterpa angin, memancarkan cahaya indah dari sebuah keimanan yang mantap. Ya, keistiqomahan seorang muslimah untuk menjaga auratnya dengan jilbab yang syar'i adalah cermin keimanannya, setidaknya dalam hal berpakaian.

Sungguh beruntung mereka yang telah menyadari bahwa Allah telah memerintahkan para muslimah untuk berhijab syar'i, dan sungguh Allah tidak akan memerintahkan sesuatu kepada hamba-Nya kecuali itu adalah sebuah kebaikan.

Sungguh beruntung mereka yang telah menyadari bahwa Allah telah memerintahkan para muslimah untuk berhijab syar'i, . . .

Namun sayang sungguh sayang, sebagian akhwat yang berhijab syar'i belum menyadari esensi dari hijab yang dipakainya, yaitu untuk menjaga dirinya dari fitnah syahwat. Sebagian dari mereka hanya menganggap hijab syar'i hanya sekedar tuntutan berpakaian dari syari'at, atau ada pula yang hanya menganggapnya sebagai tuntutan mode supaya terlihat anggun, terlihat cantik, keibuan, dll. Wal'iyyadzubillah!.

Akhirnya ditemukanlah tipe muslimah yang disebut akhwat genit, yaitu mereka (muslimah) yang sudah berhijab syar'i, jilbab lebar, namun tidak menjaga pergaulan dengan lawan jenisnya. Mereka tidak menjaga diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah (kerusakan;bencana) yang ditimbulkan dari pergaulan laki-laki dan wanita yang melanggar batas-batas syari'at. Padahal seharusnya merekalah (para akhwat) yang mendakwahkan bagaimana cara bergaul yang syar'i.

Akhwat genit, yaitu mereka (muslimah) yang sudah berhijab syar'i, jilbab lebar, namun tidak menjaga pergaulan dengan lawan jenisnya.

Mereka tidak menjaga diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah (kerusakan;bencana) yang ditimbulkan dari pergaulan laki-laki dan wanita yang melanggar batas-batas syari'at.

Mungkin saja para akhwat genit ini belum tahu tentang tuntunan Islam dalam bergaul dengan lawan jenis. Ketahuilah, memang Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mewajibkan ummat muslim berbuat baik dalam segala hal.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat baik atas segala sesuatu," (HR. Muslim). Dan memang benar bahwa Allah telah memerintahkan hamba-Nya mempererat persaudaraan, ukhuwah sesama muslim, bersikap santun, sopan, banyak memuji. Namun perlu diperhatikan, hal-hal baik tersebut akan berbeda hukum dan akibatnya jika diterapkan kepada lawan jenis.

Berkata manis, santun, mendayu-dayu, itu baik, namun bila diterapkan kepada lawan jenis, bisa berbahaya.

Menanyakan kabar kepada seorang kawan, itu baik, namun bila sang kawan itu lawan jenis, bisa berbahaya.

Sering memberi nasehat-nasehat kepada seorang kawan itu baik, namun jika ia lawan jenis, bisa berbahaya. Senyum dan menyapa saat berpapasan dengan kawan, itu baik, namun jika ia lawan jenis, bisa berbahaya. Karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman yang artinya: "Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menundukkan pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya." (QS. An-Nur : 24).

Berbuat baik memang diperintahkan, namun Allah juga memerintahkan untuk menjaga pandangan dan pergaulan terhadap lawan jenis. Maka janganlah mencampurkan hal-hal baik dengan hal yang dilarang.

Ciri-ciri akhwat genit:

1. Berpakaian yang mengundang pandangan

Mungkin ia memakai jilbab lebar, gamis, namun jilbab dan busana muslimah yang dikenakannya dibuat sedemikian rupa agar menggoda pandangan para ikhwan. Warna yang mencolok, renda-renda, atau aksesoris lain yang membuat para pria jadi terpancing untuk memandang.

2. Senang dilihat

Akhwat genit, senang sekali bila banyak dilihat oleh para ikhwan. Maka ia pun sering tampil di depan umum, sering mencari-cari perhatian para ikhwan, sering membuat sensasi-sensasi yang memancing perhatian para ikhwan dan suka berjalan melewati jalan yang terdapat para ikhwan berkumpul.

3. Kata-kata mesra yang Islami

Seringkali akhwat-akhwat genit melontarkan kata-kata mesra kepada para ikhwan. Tentu saja kata-kata mesra mereka berbeda dengan gayanya orang berpacaran, namun mereka menggunakan gaya bahasa Islami. misalnya; Jazakallah yach akhi; Akh, antum bisa saja dech; Pak, jangan sampai telat makan lho; sesungguhnya Allah menyukai hamba-Nya yang qowi; Kaifa haluka akhi; minta tausiah dunks; Akh, besok syura jam 9, jangan mpe telat lhoo..

4. SMS tidak penting

Biasanya akhwat-akhwat genit banyak beraksi lewat SMS. Karena aman, tidak ketahuan orang lain, bisa langsung dihapus. Ia sering SMS tidak penting, menanyakan kabar, mengecek shalat malam sang ikhwan, mengecek shaum sunnah, atau SMS hanya untuk mengatakan Afwan atau Jazakallah.

5. Banyak bercanda

Akhwat genit banyak bercanda dengan para ikhwan. Mereka pun saling tertawa tanpa takut terkena fitnah hati. Betapa banyak fitnah hati, VMJ, yang hanya berawal dari sebuah canda-mencandai.

6. Tidak khawatir berikhtilat

Ada saat-saat di mana kita tidak bisa menghindari khalwat dan ikhtilat. Namun seharusnya saat berada pada kondisi tersebut seorang mukmin yang takut kepada Allah sepatutnya memiliki rasa khawatir berlama-lama di dalamnya, bukan malah enjoy dan menikmatinya. Demikian si akhwat genit. Saat terjadi ihktilat, akhwat genit tidak khawatir. Bukannya ingin cepat-cepat keluar dari kondisi tersebut, akhwat genit malah menikmatinya, berlama-lama, dan malah bercanda-ria dengan pada ikhwan laki-laki di sana.

7. Berbicara dengan nada

Maksudnya berbicara dengan intonasi kata yang bernada, mendayu, atau agak mendesah, atau dengan gaya agak kekanak-kanakan, atau dengan gaya manja. Semua gaya bicara seperti ini dapat menimbulkan bekas pada hati laki-laki yang mendengarnya. Dan ketahuilah wahai muslimah, hal ini dilarang oleh syari'at. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang maruf." (QS. Al Ahzab: 32).

Para ulama meng-qiyaskan (menganalogikan) merendahkan suara untuk semua gaya bicara yang juga dapat menimbulkan penyakit hati pada lelaki yang mendengarnya.

Mari sama-sama kita perbaiki diri. Kita tata lagi pergaulan kita dengan lawan jenis. Karena inilah yang telah diperintahkan oleh syari'at. Dan tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kepada hamba-Nya, kecuali itu kebaikan. Dan tidaklah Allah melarang sesuatu kepada hamba-Nya, kecuali itu keburukan. Dan sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mewasiatkan kepada ummatnya bahwa fitnah (cobaan) terbesar bagi kaum laki-laki adalah cobaan syahwat, yaitu yang berasal dari wanita: "Tidaklah ada fitnah sepeninggalanku yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki selain fitnah wanita. Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah disebabkan oleh wanita." (HR. Muslim).

(PurWD/ istanasurgaku)

Kesurupan Jin itu Fakta ataukah Fiktif ?

Ikhwati fillah rahimakumullah,

Beberapa waktu lalu penulis membaca satu artikel dalam salah satu media masa elektronik mengenai masalah kesurupan, dimana kesimpulannya bahwa kesurupan bukan hal yang berbau mistis yang dikaitkan dengan merasuknya jin kedalam tubuh manusia, namun merupakan penyakit jasad seperti penyakit-penyakit yang lain. Maka apa pandangan islam mengenai hal ini ?

Disini saya ingin menukilkan perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika ditanya dalam dalam masalah ini:


Beliau berkata: “ Alhamdulillah, tentang adanya jin telah ditetapkan berdasarkan Al Qur’an dan sunah RasulNya shallallahu alaihi wasallam serta kesepakatan pendahulu umat ini dan para imamnya. Demikian pula masuknya jin kedalam badan manusia benar ada berdasarkan kesepakatan imam ahli sunah dan jamaah.
Allah Ta’alaa berfirman:

قال الله تعالى : { الذين يأكلون الربا لا يقومون إلا كما يقوم الذي يتخبطه الشيطان من المس }

Artinya: ( Dan orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila)QS Al Baqarah:275.

Dan dalam riwayat yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam:


عن النبي صلى الله عليه وسلم { إن الشيطان يجري من ابن آدم مجرى الدم }

Dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: (sesungguhnya setan berjalan dalam diri bani adam melalui saluran darah ).


Dan telah berkata Abdullah bin Imam Ahmad bin Hanbal rahimahumullah, aku berkata kepada ayahku: bahwa sebagian kaum mengatakan: sesungguhnya jin tidak masuk kedalam badan orang yang kesurupan. Maka beliau berkata: wahai anakku, mereka berdusta ini berkata dengan lisannya. Dan yang diucapkan ini perkara yang masyhur bahwa ada seorang laki-laki yang kesurupan lalu dia berbicara dengan lisan yang tidak dipahami maknanya dan badannya dipukul dengan pukulan yang keras seandainya unta dipukul seperti itu niscaya akan merasakannya. Sedangkan orang yang kerasukan tidak merasakan pukulan atau ucapan yang dikatakannya, dan kadang-kadang orang yang kesurupan dapat menyeret yang tidak kesurupan dan menyeret karpet yang didudukinya serta dapat memindahkan alat-alat dari satu tempat ke tempat lain dan banyak perkara lain yang terjadi, yang barangsiapa menyaksikannya akan memahami benar bahwa yang berbicara dengan lisan manusia dan yang menggerakkan tubuhnya makhluk jenis lain bukan manusia. Tidak ada dari kalangan imam kaum muslimin yang mengingkati masuknya jin kedalam tubuh orang yang kerasukan dan yang lainnya. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dan mendakwakan bahwa syariat mendustakan hal itu maka sungguh dia telah mendustakan syariat karena tidak ada dalil syarie yang menafikan hal itu).

Akan tetapi kebanyakan yang mendahulukan akal ketimbang dalil menafikan hal itu dan mengingkarinya, barangkali sebagian mengingkarinya karena sebagian orang berlebih-lebihan dalam mengobati manusia dalam bab ini dimana hampir semua yang sakit tidak dirujuk ke dokter tetapi dianggap orang yang kerasukan atau tersihir atau terkena penyakit ‘ain jadi hampir semua perkaranya tidak dirujuk kepenyakit anggota badan !!

Jadi kita harus berhati-hati dalam masalah ini, yakni tidak semua penyakit itu adalah disebabkan kerasukan, begitu juga tidak mengingkari adanya kerasukan sehingga semua penyakit dikembalikan kepada medis.

Wallahu A’lam Bishowab.