Senin, 26 Oktober 2009

Sakit adalah Ujian Keimanan

Saudaraku, ketika anda sedang sakit (kena musibah), bukan berarti karena kehinaan anda di hadapan Allah , namun sebaliknya , justru anda dimuliakan dihadapan-Nya. Melalui sakit (musibah) itu, Allah menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajad kita. Ini adalah salah satu tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya.
Karena itulah , para salafus Shalih justru menikmati sakit yang dideritanya, agar tak kehilangan kesempatan emas untuk mendapatkan ampunan Allah. Seorang ulama bahkan mengatakan timbangan kebaikan sesorang hamba, kadang bukan saja dari amal shalih yang ia lakukan, namun juga buah dari kesabaran, buah dari bersikap baik, dan buah dari ridha akan ketentuan-Nya.
Laksana pohon yang menggugurkan daunnya sebagian hari-hari dalam setahun. Sebagaimana sakit menjadikan dosa-dosa berguguran hingga seorang hamba terbebas dari beban dosa.

Saudaraku, bagi Allah , seorang hamba yang mendertia sakit bukanlah orang hina. Rasulullah pernah bersabda dalam hadits qudsi , yang artinya “Sesungguhnya Allah SWT berfirman pada hari kiamat, “ Wahai anak adam, Aku sakit. Mengapa engkau tidak menjenguk-Ku ? “
berkata anak adam ,’Bagaimana saya menjenguk-Mu , padahal Engkau adalah Rabb semesta alam?’
Allah menjawab ,” Apakah engkau tidak mengerti bahwa hamba-Ku si fulan sakit dan engkau tidak menjenguknya ?
“ Apakah engkau tidak mengerti bahwa seandainya engkau menjenguknya, niscaya akan engkau dapati Aku bersamanya ? “. (Hr Muslim).

Saudaraku, dari hadits itu diambil pemahaman bahwa Allah turut merasakan sakitmketika seorang hamba-Nya sedang mendertia. Ini menunjukkan Allah memuliakan hamba-Nya yang sedang menderita, sekaligus bukti akan kedekatan allah dengannya. Maka sudak sepantasnya berbahagialah hamba yang sedang sakit.

Sakit (musibah) tidak akan datang kepada seorang hamba sebagai cobaan, kecuali dengan takdir Allah.

Ketika turun firman Allah, yang artinya ,” (pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu (366) yang kosong dan tidak pula menurut angan-angan ahli kitab. Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. Dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah“, (Qs. An-Nisa’ : 123).


Turunnya ayat ini, membuat para sahabat resah, mereka merasa bahwa diri mereka yang bergelimang dosa maka azab akan segera datang sebagai pembalasan akibat dosa-dosan mereka.
Sehingga sahabat Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah, ‘ Wahai Rasulullah bagaimana nasib kebaikan kami setelah turun ayat ini? ‘
Maka, Rasulullah menjawab ,yang artinya “, Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakar. Bukankah engkau (pernah) sakit , bukankah engkau bersedih, bukankah engaku susah dalam penghidupan ? “
Abu bakar berkata,’benar wahai Rasulullah “.
Maka Rasulullah saw bersabda, yang artinya , “ Itulah penghapus dosamu”. (Hr Ahmad –Ibnu Hibban, Al Albani menshahihkan dalam Shahih At-Targib wat Rarhib , 3430).

Yakinlah bahwa Allah menguji hamba-Nya dengan sakit (musibah) , beberapa hadits menjelaskan :


1. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim, menyatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,”tidaklah seorang hamba muslim tertimpa derita dari penyakit atau perkaran lain kecuali Allah hapuskan dengannya (sakit tersebut) kejelekan-kejelakannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan daunnya “ (Hr Bukhari-Muslim).

2. Rasulullah bersabda yang artinya ,” Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya, maka Allah akan memberikan cobaan padanya ,” (Hr. Bukhari).

3. Rasulullah bersabda , yang artinya ,” Tidak akada yang menimpa seorang hamba muslim dari kepenatan, sakit yang berkesinambungan (sakit menahun), kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya , “( Hr Bukhari).

4. Rasulullah bersabda , yang artinya ,” Sesungguhnya, Aku (Allah) jika memberikan cobaan kepada salah seorang hamba-Ku yang mukmin, kemudia ia bersyukur kepada-Ku terhadap apa yang Aku timpakan kepadanya, maka ia bangun dari tidurnya sebagaimana hari saat ia dilahirkan oleh ibunya tanpa dosa-dosa”. Lalu Ar-Rabb (Allah) SWT , berfirman kepada para malaikat , “ Aku telah mengikat hamba-Ku dan telah Ku-coba, maka berikanlah pahala kepadanya, sebagaimana kamu sekalian memberikan pahala kepadanya pada saat ia dalam keadaan sehat “, (Hr Ahmad. Al Abani menhasankan dalam shahih at Targhib wat Tarhib 3423,).

5. Rasulullah bersabda , yang artinya, “ Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu selainnya (benda yang lebih kecil dari itu), kecuali akan ditetapkan untuknya satu derajad dan dihapuskan untuknya satu kesalahan “, (Hr Muslim).

6. Rasulullah bersabda , yang artinya ,” Sesungguhnya , ada orang yang mendapat kedudukan di sisi Allah, akan tetapi tidak ada satu amalpun darinya yang bisa menghantarkannya untuk mencapai kedudukan itu. Oleh karena itu, Allah SWT mencobanya dengan suatu hal yang tidak ia sukai, sehingga dengan hal itu ia mendapatkan kedudukan tersebut , “ (Hr Ibn Hibban. Al-Albani berkata, ‘hadits ini hasan shahih,’ lihat Shahih at Targhib wat Tarhib 3408).

7. Rasulullah bersabda , yang artinya ,” Tidak ada sama sekali yang menimpa urat seorang mukmin kecuali Allah hapuskan untuknya dengan (cobaan) ini kesalahan, dan Allah tetapkan baginya kebaikan serta Allah angkat derajadnya , “ (Hr At Thabrani. Al Hafizh Ibn Hajar menjayyidkan hadits ini dalam Fathul Bari X/105. Al Albani men-dha’ifkan hadits ini dalam Dha’if At Targhib wat Tarhib 1996).


Allah menguji hamba-Nya dengan sakit , dan tidak hanya untuk menghapus dosa namun juga untuk mengangkat derajat hamba-Nya. Ada kalanya Allah menetapkan kedudukan yang tinggi disisinya kepada seorang hamba-Nya. Namun apabila hamba tersebut dengan amalannya saja tiada sanggup mencapainya, maka Allah timpakan kepadanya sakit (musibah) sebagai cobaan. Dengan sakit/ musibah itu hamba tersebut memperoleh kedudukan yang telah Allah tetapkan baginya.

Sudaraku, sesungguhnya Para Rasul (Nabi) juga banyak menderita musibah (sakit).
Sebagaimana Firman Allah , yang artinya ,” Dan ingatlah kisah Ayyub, ketika ia menyeru Rabb-nya , “ (Ya Rabb-ku), sesungguhnya , aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang “. Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya padanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah “ (Qs. Al-Anbiya ‘: 83-84).

Rasulullah bersabda , yang artinya ,” Orang yang mendapat cobaan paling berat adalah para Nabi, kemudian para ulama, kemudian orang-orang shalih ,” (Hr Al-Hakim. Al-Albani menshahihkan dalam shahih at Targhib wat Tarhib, 995).

Saudaraku, jika ada yang masih menderita sakit janganlah bersedih. Sesungguhnya para nabi yang tinggi martabatnya disisi Allah, juga ditimpa sakit (musibah) jauh lebih berat daripada kita semua. Sedangkan mereka adalah golongan hamba-hamba yang paling dicintai Allah.

Saudaraku, bagi seorang hamba yang tidak pernah menderita sakit atau musibah, maka janganlah merasa bergembira. Dan janganlah berfikir bahwa itu adalah tanda bagi hamba yang beruntung. justru karena Allah memang belum berkehendak untuk membersihkan dosa-dosa hamba-Nya itu. Sehingga Allah biarkan saja ia tanpa cobaan apapun, sampai Allah mencabutnya. Jadi sehat terus menerus belum tentu menjadi bukti akan keridhaan Allah.

Sebagaimana Rasulullah bersabda , yang artinya, “ Perumpamaan orang mukmin itu ibarat sebatang tanaman yang mudah condong apabila ditiup angin. Dan ketika angin tidak berhembus, ia kembali tegak. Sedang perumpamaan orang fajir (selalu berbuat dosa) ibarat pohon ‘arzah’ yang berdiri tegak (kokoh) sampai Allah mencabutnya (menumbangkannya) jia Dia berkehendak” , (Hr Bukhari).

Allahu ‘alam


Sumber : Risalah ila kulli maridh ash-shihah wal maradh, Dr Abdul Muhdi abdul Hadi, Hamd bi Abdullah ad-Dausari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar