Senin, 06 Juli 2009

SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) untuk APA dan untuk SIAPA????

Laporan The international Baccalaurete organization (IBO) yaitu lembaga yang didirikan tahun 1956, berpusat di Switzerland (administrasi) dan Inggris (riset, kurikulum, dan asesmen) menyimpulkan bahwa pendidikan Indonesia masih jauh dari harapan. Dari sekolah dasar (SD) yang berjumlah 146.052 di Indonesia yang termasuk dalam kategori the primary years program (PYP) hanya 8 SD saja. Sedangkan dari 20.918 SMP yang terbaik dalam kategori The Middle Years Program (MYP) juga 8 saja. Dan dari 8036 SMA ternyata hanya 7 sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program. Sehingga SBI dijadikan alasan untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia di tingkat Internasional. Pemerintah dengan departemen pendidikannya telah menyebutkan sekitar 200-an SMA dirintis menjadi SBI.
Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen, dan SDM. SBI memberikan janji meningkatkan dalam bidang teknologi dan ekonomi sebagai kunci untuk mampu bersaing di era globalisasi. Keunggulan teknologi dianggap mampu bersaing di era globalisasi. Keunggulan teknologi dianggap akan mampu menurunkan nilai produksi, meningkatkan nilai tambah, memperluas keragaman produk, dan meningkatkan mutu produk. Keunggulan manajemen dianggap dapat mempengaruhi dan menentukan bagus tidaknya kinerja sekolah, dan keunggulan SDM yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat internasional. Untuk itu para orang tua siswa juga tidak sedikit dalam hal mengeluarkan dana untuk membiayai anaknya. Uang masuk bisa mencapai Rp 30 juta hingga Rp 60 juta. Berlipat-lipat lebih mahal dari duit kuliah ane......dan hal ini bisa dikatakan bahwa sekolah SBI hanya untuk orang berduit saja...dan orang miskin terlarang untuk sekolah di sini.
Sebagai contoh : di SMA N 78 Kemanggisan, jak-Bar. Kurikulum yang dipakai sekolah ini yaitu kurikulum Internasional dari Cambrige University of London...Inggris dan bahasa pengantar yaitu bahasa Inggris. Para pengajar juga mendapatkan sertifikasi langsung dari sana. Dan biaya untuk 3 tahun terhitung sebanyak 65 juta. Kelas Internasional SMA ini diresmikan oleh Moh Ridwan.
Secara faktanya, materi dalam SBI ditekankan pada ekonomi dan teknologi. Peserta didik diharuskan untuk akrab dengan nilai-nilai progresif yang diunggulkan dalam era global sebagai acuan dalam BSI. Nilai tersebut akan mempersempit kesenjangan Indonesia dengan negara maju, khusunya ekonomi dan teknologi. perkembangan ekonomi dan teknologi tergantung pada ilmu lunak dan ilmu keras. Ilmu lunak yaitu meliputi sosiologi, ekonomi, bahasa asing, dan etika global. Sedangkan ilmu keras yaitu terdiri dari teknologi komunikasi, transportasi, manufaktur, konstruksi, bio, energi, dan bahan.
Ini menunjukkan pencampur adukkan antara mata pelajaran yang mengandung hadloroh (sudut pandang tentang kehidupan dalam membangun sebuah peradaban). Dengan madaniyah (yang tidak berkaitan dengan sudut pandang kehidupan). Misalnya disiplin ilmu yang termasuk dalam ilmu lunak berupa mata pelajaran sosiologi, bahasa inggris dan etika global (HAM, pluralisme, demokrasi, dan gender) merupakan hadloroh yang berasal dari ideologi kapitalisme dengan sekularisme sebagai akidahnya. Dengan demikian secara terstruktur peserta didik tidak akan pernah mengenal islam ideologi (islam yang berasal dari akidah yang menyeluruh tentang kehidupan yang mampu melahirkan seperangkat aturan untuk memecahkan seluruh persoalan manusia). Dan menghilangkan keyakinan atas kemampuan Islam dalam menyelesaikan seluruh problematika kehidupan. Jadi sangat mungkin apabila mereka menjadi agen-agen yang akan menghalangi KEBANGKITAN ISLAM itu sendiri.
Sedangkan dari mata ajaran ilmu keras, SBI diarahkan memiliki kualitas yang bertumpu pada Sains-Teknologi dan Seni yaitu minus agama dan memunculkan SDM yang materialistik-individualis
tik dan sekuleristik. Pendidikan materialistik berlandaskan pada pemikiran yang serba terukur secara material serta menafikkan hal-hal yang bersifat non materi. Pembentukan karakter siswa merupakan hal yang penting. Akibatnya hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi orang tua siswa. Pengembalian ini dapat berupa gelar sarjana, jabatan, kekayaan, atau apapun yang setara dengan nilai materi yang telah dikeluarkan. Secara sistematik pun pendidikan diorientasikan untuk mendapatkan pekerjaan sehingga yang ditargetkan dari output dari SBI adalah menjadi tenaga kerja profesional di bidang tertentu bukan di banyak bidang. Hal ini berbeda sekali dengan kondisi pendidikan pada masa kepemimpinan islam yang tidak fokus pada satu bidang saja. (red : perguruan tinggi di masa kejayaan islam in my notes).
Kurikulum sains di sekolah-sekolah bertaraf SBI di negeri muslim ditujukan untuk mempertahankan umat agar tetap tertinggal berabad-abad dari kemajuan dan ketinggian industri dan teknologi. bidang sains tidak untuk mencetak SDM yang mampu menemukan sesuatu yang baru melainkan semata-mata di latih untuk merakit suatu produk yang berasal dari negara maju untuk diperjual belikan. Masuknya industri-industri asing di Indonesia sekalipun menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak hanya saja jabatan mereka hanya buruh. Dan para pekerja pada umumnya diberi ketrampilan untuk merakit bagian tertentu dan tidak merakit secara utuh.
Sudah seharusnya kita mengambil cara penyelesaian problem pendidikan bangsa ini dengan apa yang Allah berikan dan yang telah Rasulullah SAW contohkan. Konsekuensi keimanan seorang muslim terhadapa Islam mengharuskan dirinya untuk menggunakan aturan ISLAM dalam mengatur segala aspek kehidupan. Mengapa kita harus menggunakan sistem lain yang telah terbukti menyengsarakan dan mengahancurkan????????
Sementara Allah telah menyiapkan aturan yang kita tinggal menggunakannya yang akan membawa kepada kesejahteraan dan kebaikan (Read : Peradaban Islam dalam naungan Khilafah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar