Hamparan sawah hijau mengiringi langkahku pagi ini untuk bertemu dengan anak-anakku. Angin pagi yang dingin menerpa wajahku hingga menusuk ke sanubari tulang belulangku. Lokasi tempatku mengajar sangat jauh dari kampusku. Kalau naik angkot, harus menunggu beberapa menit dan angkot ke daerahku mengajar sangat jarang serta kondisi jalannya pun tak semulus di kota. Belum lagi kalau musim hujan. Kondisi kelas yang banjir membuat siswa harus membuka sepatu saat kegiatan belajar mengajar. Kondisi ini sangat jauh jika dibandingkan dengan kondisi sekolah di perkotaan.
Ya….dalam situasi sibuknya perkuliahan menyelesaikan tugas akhir dan pekerjaan sampingan di laboratorium, ku sempatkan diri untuk meluangkan waktu memberikan ilmu. Kalau orang bilang bekerja, Aku tidak menganggap seperti itu. Mereka adalah anak-anakku yang harus ku didik. Anak-anak yang ku sayang.
Awalnya ku mengajar, memang terasa berat. Entah mengapa seolah-olah di pundakku ada beban berat yang harus ku pikul sendiri. Kalau dibayangkan memang tugas seorang guru memang berat dan tanggung jawabnya pun besar. Ku coba lalui semua itu dengan keyakinan bahwa Allah akan menolongku, memberikan rahmatNya dalam setiap langkahku. Langkah perjuangan tak hanya materi Ilmu Sains saja tetapi Ilmu Hidup juga untuk bekal mereka nantinya. hari demi hari berlalu, Aku perhatikan setiap tingkah yang mereka perbuat. Ku kenali mereka satu persatu, wataknya, karakter, sikap dan kepribadian yang sudah melekat pada mereka. Lalu ku dekati, ku tanya apa mau mereka?...Masa puber??? Tentu…. umur segitu (SLTP) adalah masa-masa mereka banyak mencari. Apapun yang mereka lakukan dalam artian hanya ingin perhatian dan perlakuan lebih dari orang dewasa.
Aku temukan akhirnya apa yang menjadi bebanku selama ini. Sikap merekalah yang menjadikan aku bingung. Apalagi lingkungan mereka yang jauh dari kehidupan Islam yang sesungguhnya. Lingkungan yang membuat mereka cuek, masa bodoh, dan tidak peduli baik terhadap diri sendiri dan orang lain. Ya mengubah prilaku tersebut sampai akhirnya mau menurut dengan aturan mainku juga tidak gampang. Egoku yang turun naikpun harus kustabilkan di depan mereka saat itu juga. Mengajar dengan marah, hal itu tidak akan merubah kondisi mereka. Justru akan membuat mereka belajar dalam kondisi tegang dan tidak nyaman. Kalau sudah begini biasanya butuh trik-trik tersendiri.
Hidup bermakna…ya kutemukan saat itu juga. Hal lain yang menjadikan hidupku bermakna. Menjalankan perintah Allah tentunya. Mendapatkan Ilmu dan bagaimana membagikan ilmu itu kepada orang lain. Pengalaman mendidik anak-anak dan juga dekat dengan mereka. Mendengarkan segala keluh kesah mereka. Menjadi seorang Guru tidaklah Gampang dan juga tidak terlalu sulit. Asalkan tau bagaimana cara mengontrol mereka. Seorang guru juga mempunyai andil bagaimana membina sikap mereka. Walaupun peran orang tua merekalah yang utama. Tetapi tidak ubahnya peran masing-masing ada peran lain yang mempengaruhi mereka yaitu media. Sarana pertelevisian yang semakin marak dengan jauhnya bimbingan akhlak juga ikut andil. Bimbingan orang tua yang seharusnya mendidik tidak berjalan sebagaimana mestinya. Karena orang tua pun kebanyakan ikut terbawa arus ini dengan banyaknya sinetron-sinetron kesayangan mereka.
Hal inilah yang menjadi salah satu beban guru di sekolah. Dengan tingkah anak-anak yang selalu ingin diperhatikan menjadikan mereka juga bersikap cuek dan masa bodoh. Tetapi seiring dengan waktu perubahan anak-anakku pun dimulai. Mereka harus mengikuti aturan mainku. Bermain sambil belajar dan tak lupa aku ajarkan bagaimana menyikapi sesuatu dimulai dari ketakwaan kepada Allah. Karena dasar pendidikan mereka yang sudah berbasis ISLAM memudahkanku untuk memberikan konsep ini. Tinggal beberapa langkah lagi. Semoga sepeninggalku nanti apa-apa yang aku berikan dapat menjadikan sebuah pegangan untuk bekal mereka kedepannya. Menjadi murid-murid sholeh yang benar-benar memperjuangkan ISLAm tidak hanya dari segi ilmu tapi juga penerapannya.
Lucu dan senang…mungkin ini adalah cerita-cerita yang lucu saat aku mengajar.
Sedang enak-enak menerangkan ada murid cowok yang tertidur di kelas 1, sambil manggut-manggut
G : Loh……kok kamu tidur………? Kan Ibu lagi nerangin di depan, tidur jam berapa tadi malam?
M : jam 10 Bu.
G : kok tidur jam 10 udah ngantuk?
M : saya tadi malam nonton Bu
G : nonton apa?
M : nonton inayah Bu
Astagfirullah….. anak cowok kok tontonannya inayah, aku termangu sambil menasehati.
Sewaktu mengajar di kelas 2 ada anak cowok yang iseng padaku
M : Ibu…Ibu….tulisana menih bagus pisan Bu
G : (bercanda) ih kamu……tenang aja walau kamu muji Ibu, nilai matematika kamu tetap segitu kok
Spontan anak-anak pada tertawa.
Waktu itu aku dikelilingi oleh anak-anak cewek kelas 1, kalo udah begini serasa jadi putri salju ama kurcaci. Ada yang pegang tangan kananku ada yang pegang tangan kiriku….karena mereka masih penasaran mereka pun bertanya…
M : Ibu…..Ibu……udah nikah blom Bu
G : (senyum manis) ayo tebak udah, blom?
M2 : udah….. liat aja Ibu pakai cincin.
G : hmmmmm…. Ibu blom nikah…..emang knapa?
M : Ibu…..Ibu….ikutan acara yg di tipi itu aja Bu….itu lo Bu Take Me Out…
G : (waduh nich anak-anak pada gemesin)…..Ah Ibu g mau ikutan yang begituan…kamu ini ada-ada saja…ayo masuk kelas…… belajar…nanti dicariin lo ama gurunya
M : itu Bu kita disuruh nyatet kok…jadi udah pada selese…
G : (senyum manis)
Menghadapi anak Bandel (cowok) di kelas 2
G : kok mukanya dicoret-coret…..ukiran apaan pula itu
M : ih Ibu bagus loh ini Bu..
G : bagus apanya..kan ganteng kamu jadi ilang
M2 ; emang dia ganteng Bu
G : enggak juga sih (tertawa manis), ya udah sana bersihin di toilet sampai bersih ya.
M : Ya Bu…
Giliran absensi murid kelas 1
G : suherti
MM : ha….ha…..
M : Ibu…Ibu…bukan suherti tapi suheri….
G : o….maap..maap Ibu salah liat…mana suheri angkat tangan…
Ooo…suheri yang itu to….tapi tunggu sebentar..kok muka kamu mirip artis ya..itu lo tapi Ibu lupa namanya siapa
MM : haa…ha….
S : tersenyum malu….
Aku paling senang saat mereka mengerjakan latihanku mereka selalu bersemangat, selalu bertanya kalau tidak mengerti, selalu menunjukkan wajah berseri mereka kalau mengerti apa yang aku terangkan. Apalagi kalau mendikte angka, suara mereka terdengar hingga ujung kulon.
Sebenarnya masih banyak cerita lucu yang lain, tidak hanya dari murid tetapi dari guru-guru yang lain. Ya….Begitulah anak-anak….mereka membuatku betah mengajar di sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar