Berulang kali al-Quran mengatakan bahwa kenikmatan dunia ini adalah sementara. Salah satunya adalah terjadi dalam pernikahan. Tidak sedikit pasangan yang diam-diam sudah merasakan kejenuhan dalam pernikahan. Berumah tangga menjadi rutinitas yang tidak menggairahkan lagi. Beda dengan awal pernikahan yang selalu hangat dan sepertinya selalu ada sesuatu yang baru bersama si dia.
Di awal pernikahan kita menjadi begitu bergairah dan selalu hangat karena memang itulah momen awal kebersamaan kita dengan pasangan. Grafik hubungan kita dengan si dia meningkat. Ternyata si dia itu romantis, lembut, penuh perhatian. Begitupula ketika bersentuhan dengannya adalah hal yang sama sekali baru. Di awal pernikahan, rata-rata semua mengatakan, adalah sensasi yang memesonakan.
Tapi seiring perjalanan waktu rumah tangga menjadi membosankan. Karena sepertinya sudah tak ada hal baru yang ditemukan. Tak ada lagi sesuatu untuk di-explore. Kita sudah hapal kebiasaan si dia, bahkan bisa menebak gerak-geriknya.
Kebosanan ini pun merembet hingga ke hubungan intim. Berdekatan dengan si dia menjadi sesuatu yang membosankan. Apalagi jika pasangan sudah memiliki kesibukan masing-masing; suami dengan kerja di kantor, istri sibuk mengurus si kecil.
Pada titik ini sebenarnya bahaya mengancam hubungan keduanya. Tak jarang orang berselingkuh karena alasan pernikahan mereka sudah membosan. Dalam perselingkuhan mereka serasa atau mencoba mendapatkan hal yang baru. Na’udzubillahi min dzalik!
Tentu saja kebosanan bukan alasan untuk berselingkuh. Tidak ada alasan yang bisa dibenarkan untuk menghalalkan perselingkuhan. Cukuplah keharaman yang diberikan syariat adalah alasannya. “Janganlah dekati zina, karena sesungguhnya zina itu ialah keji dan seburuk-buruknya jalan,” (QS al-Isra [17]: 32)
Jika Anda sudah menyadari adanya kebosanan dalam berumah tangga, maka solusinya adalah belajar bersama untuk mencintai kembali pasangan. Hal yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, kuatkan kembali memori Anda bahwa pernikahan bertujuan untuk ibadah. Ikatan pernikahan adalah pernikahan yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. bukan sekedar basa-basi di hadapan mertua, saksi dan hadirin. Karenanya setia pada pasangan, mencintai dia apa adanya, dan bersama-sama memperbaiki hubungan bernilai pahala yang besar.
Kedua, ingat kembali kenangan indah saat bersamanya. Bagaimana Anda bisa demikian jatuh cinta padanya dan merasa bahagia. Singkirkan keluhan-keluhan yang datang dari sikap subyektif kita pada pasangan.
Ketiga, belajarlah untuk memaafkan kekurangan pasangan. Tak ada gading yang tak retak. Demikian pula si dia. Belum tentu orang lain bisa demikian memahami Anda dalam pernikahan, termasuk orang yang mungkin mengajak atau diajak untuk berselingkuh. [januar]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar